
Demikian disampaikan Wakil Ketua KPK Laode M Syarif dalam seminar peran satuan pengawasan intern di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bertema "Bersama Menciptakan BUMN Bersih Melalui SPI yang Tangguh dan Terpercaya" di Gedung Merah PUtih KPK, Jakarta, Kamis (9/5/2019).
Ditemui di kantornya, Jumat (10/5/2019), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memberikan pandangan terkait kerja sama dengan investor asal China. Ia memberikan contoh Jalan Tol Solo-Kertosono (Soker) maupun Manado-Bitung.
"Itu harus dikerasin hanya untuk kejar progres saja. Kemudian di Manado-Bitung, dia yang kadang-kadang bayar kontraknya yang terlalu kecil, sehingga tidak bisa gerak. Kita harus cek di situ," kata Basuki.
Menurut dia, pengawasan terhadap investor asal China lebih ketat ketimbang Jepang. Jepang lebih disiplin dan komitmen dengan kesepakatan yang sudah diraih.
"Kalau China ini kita harus ikut awasi secara lebih cepat. Kalau kami di lapangan pengawasannya bisa lebih cepat. Kalau Jepang dari segi kita, kita serahkan kepada Jepang, itu sudah beres," ujar Basuki.
"Coba ini MRT (mass rapid transit), pelaksananya sama. Wika (PT Wijaya Karya Tbk) juga, HK (PT Hutama Karya) juga hasilnya berbeda karena pengawasan dari Jepang," lanjutnya.
[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)
http://bit.ly/306hBuB
May 10, 2019 at 09:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Basuki Sebut Investasi China Harus Diawasi Ketat, Kenapa?"
Post a Comment