Ini membuat IHSG tertinggal jauh tertinggal dari bursa utama Asia lainnya. Di ASEAN, IHSG menempati urutan ke-2 terbawah secara kinerja tahun berjalan, atau hanya menang dari KLCI Malaysia yang minus 2,88%.
Menjelang hari pertama perdagangan pekan ini, Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak variatif dengan penguatan terbatas, Senin 85/4/2019).
Melihat dari bursa global, akhir minggu lalu Bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) di tutup dengan penguatan. Dow Jones naik 0,15%, S&P 500 naik 0,46%, dan Nasdaq juga naik 0,59%.
Efek positif dari dialog perundingan tarif dagang AS-China merambat ke Wall Street. Liu He (PM China) telah meneyelesaikan kunjungannya selama 3 hari di Washington. CCTV (televisi pemerintah China) melaporkan bahwa kedua negara telah mencapai kemajuan yang penting.
Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Keuangan Gedung Putih, mengatakan bahwa perundingan akan berlanjut pekan ini. Tidak di satu tempat Beijing atau Washington, melainkan melalui video conference.
"Ini (perundingan dagang AS-China) adalah proses yang terus berlangsung. Kami banyak mencapai kemajuan, sudah melangkah jauh," kata Kudlow dalam wawancara dengan Bloomberg Television, dikutip dari Reuters.
Dari dalam negeri, Sektor pertambangan dan konsumer sepanjang pekan lalu menjadi menjadi pemberat IHSG dengan pelemahan 1,01% dan 0,68%. Anjloknya komoditas batu bara karena konsumsi China menurun serta stok yang berlimpah membuat harga komoditas tersebut tertekan.
Sedangkan saham sektor konsumer cenderung dilepas karena pelaku pasar melihat geliat konsumsi cenderung stagnan di tahun pemilu. Hal ini terlihat dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Maret berada di level 124,5, turun 0,6 poin dari angka Februari pada level 125,1.
Secara teknikal, IHSG masih berpotensi mengalami kenaikan karena bergerak di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average/MA5). Namun bukan tanpa risiko, karena IHSG hanya bergerak tipis di atas MA5 pada level 6.473, saat ini IHSG berada di level 6.474.
Sumber: Refinitiv
|
Jika dilihat dari tingkat kejenuhannya, IHSG masih berpeluang menguat karena belum menyentuh wilayah jenuh belinya (overbought), hal ini tercermin dari indikator teknikal bersifat momentum yakni Stochastic Slow (SS) yang tercermin pada grafik.
IHSG berpotensi bergerak direntang yang tidak terlalu lebar antara 6.450 hingga 6.515.
TIM RISET CNBC INDONESIA (yam/hps)
http://bit.ly/2IhGexS
April 08, 2019 at 03:32PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tertinggal Dibanding Regional, IHSG Berpotensi Menguat"
Post a Comment