Search

Setelah Koreksi Sejak Senin, Obligasi RI Mulai Stagnan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah bervariasi dengan kecenderungan menguat tipis dan relatif stagnan hingga akhir perdagangan, setelah sebelumnya terkoreksi sejak awal pekan ini. Kecenderungan penguatan disebabkan sentimen global yang berbalik positif pada sore ini seiring dengan koreksi pasar saham Eropa dan terkoreksinya pasar saham Asia. Stagnannya harga surat utang negara (SUN) itu dibarengi dengan apresiasi yang terjadi di mayoritas pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  Data Refinitiv menunjukkan stagnannya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang relatif tidak bergerak, yaitu dengan pergerakan tingkat imbal hasilnya (yield) yang tidak sampai 1 basis poin (bps).  Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 2,2 basis poin (bps) menjadi 7,14%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  Acuan lain yang juga menguat adalah seri 20 tahun dengan kenaikan yield 0,2 bps, sedangkan seri 10 tahun dan 15 tahun masih terkoreksi tipis.Yield Obligasi Negara Acuan 11 Apr'19 
Seri Jatuh tempo Yield 10 Apr'19 (%) Yield 11 Apr'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 11 Apr'19
FR0077 5 tahun 7.168 7.146 -2.20 7.1178
FR0078 10 tahun 7.668 7.67 0.20 7.6609
FR0068 15 tahun 8.099 8.103 0.40 8.0758
FR0079 20 tahun 8.225 8.223 -0.20 8.2029
Avg movement -0.45
Sumber: Refinitiv  Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  Indeks tersebut turun 0,11 poin (0,05%) menjadi 246,91 dari posisi kemarin 247,02. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 519 bps, melebar dari posisi kemarin 518 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2.47% dari posisi kemarin 2,48%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan-5 tahun dan 2 tahun-5 tahun, yang masih lumrah sejak terjadi perang dagang Agustus 2018. Inversi yang lebih diperhatikan pelaku pasar saat ini adalah 3 bulan-10 tahun, yang terjadi pada bulan lalu dan mencerminkan ekspektasi terhadap semakin dekatnya ancaman resesi AS.

Saat ini, selisih seri 3 bulan-10 tahun sudah menipis dan berpotensi muncul kembali karena tinggal menyisakan selisih 0,1 bps.

 Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.Yield US Treasury Acuan 11 Apr 2019  
Seri Benchmark Yield 10 Apr'19 (%) Yield 11 Apr'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.427 2.428 3 bulan-5 tahun 14.2
UST 2020 2 Tahun 2.327 2.334 2 tahun-5 tahun 4.8
UST 2021 3 Tahun 2.277 2.285 3 tahun-5 tahun -0.1
UST 2023 5 Tahun 2.279 2.286 3 bulan-10 tahun -4.9
UST 2028 10 Tahun 2.477 2.477 2 tahun-10 tahun -14.3
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 964,39 triliun SBN, atau 38,09% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 10 April.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 71,14 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, India, Rusia, dan Singapura. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar JGB Jepang, yang mengindikasikan investor global hari ini mulai beralih memburu instrumen yang dianggap lebih berisiko seperti pasar saham dibanding pasar obliglasi yang dianggap lebih konservatif dan lebih aman.Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang  
Negara Yield 10 Apr'19 (%) Yield 11 Apr'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8.99 8.92 -7.00
China 3.319 3.293 -2.60
Jerman -0.032 -0.027 0.50
Perancis 0.317 0.319 0.20
Inggris 1.096 1.114 1.80
India 7.374 7.369 -0.50
Jepang -0.056 -0.058 -0.20
Malaysia 3.776 3.782 0.60
Filipina 6.024 6.024 0.00
Rusia 8.34 8.25 -9.00
Singapura 2.083 2.072 -1.10
Thailand 2.4 2.455 5.50
Amerika Serikat 2.477 2.477 0.00
Afrika Selatan 8.435 8.47 3.50
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2GbJVCG

April 12, 2019 at 01:16AM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Setelah Koreksi Sejak Senin, Obligasi RI Mulai Stagnan"

Post a Comment

Powered by Blogger.