Dalam laporan keuangan perusahaan di tahun 2018, rugi bersih KRAS tercatat senilai US$ 74,82 juta atau Rp 1,05 triliun (kurs Rp 14.00) menurun dibandingkan 2017 senilai US$ 81,74 juta. Selain itu, KRAS mencatatkan kenaikan pendapatan 20% menjadi US$ 1,73 miliar, dibandingkan 2017 sebesar US$ 1,44 miliar.
Namun, yang menjadi tantangan terbesar dari emiten ini adalah utang sepanjang 2018 yang tercatat US$ 2,49 miliar. Jumlah ini mengalami kenaikan 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang dimiliki KRAS lebih besar dibandingkan utang jangka panjang.
Utang jangka pendek KRAS senilai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Sementara utang jangka panjang pabrik baja pelat merah ini sebesar US$ 899,43 juta.
![]() |
Adapun, beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 1,58 miliar pada 2018, dari US$ 1,23 miliar pada 2017. Sepanjang 2018, KRAS mencatatkan total aset US$ 4,29 miliar, dengan total aset tidak lancar US$ 3,31 miliar dan total aset lancar US$ 989,720 juta. Selain itu, nilai kas dan setara kas turun menjadi senilai US$ 173,28 juta dari tahun sebelumnya US$ 280,87 juta.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pertumbuhan pendapatan karena adanya kenaikan harga juga produk baja, dan perbaikan pasar. Rata-rata harga jual produk baja gulung panas (Hot Rolled Coil/HRC) meningkat 10,03% menjadi US$ 657 per ton, dan baja Canai Dingin (Cold Rolled Coil/CRC) naik 6,72% menjadi US$ 717 per ton, dan Wire Rod meningkat 15,03% menjadi US$ 635 per ton.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno turun tangan terkait kondisi utang KRAS yang cukup pelik. Menurutnya, tidak ada jalan lain selain melakukan restrukturisasi dengan melibatkan bank milik negara. Saat ini, kata dia proses restrukturisasi telah berjalan, sebab pada 22 Maret lalu, Bank-bank Himbara menyetujui proposal restrukturisasi utang KRAS.
"Krakatau Steel memang sangat berat ya karena permasalahannya banyak yang sudah lama, tapi kami yakin bahwa ini bisa turn around dan ini dengan sinergi BUMN sekarang sudah keliatan sudah semakin membaik," kata Menter Rini Soemarno, Senin (8/4/2019).
Rini berharap, bila proses restrukturisasi selesai, Krakatau Steel bisa meraup untung pada tahun ini.
Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan langkah restrukturisasi utang KRAS dilakukan karena beban utang melampaui dari kemampuan membayar. Membengkaknya utang KRAS, menurutnya, karena ada permasalahan struktur utang di masa lalu.
![]() |
Tercatat, Bank Mandiri menjadi kreditor terbesar bagi KRAS dengan kredit jangka pendek senilai US$ 225 juta atau Rp 3,17 triliun dan Rp 830 miliar.
"Jadi memang harus direstrukturisasi. Wajar kan di perbankan bahwa kalau beban utangnya di atas kemampuan bayar ya pasti kita restrukturisasi kalau tidak (maka) tidak mungkin bisa membayar," ujar Kartika.
Sebagai informasi, saham KRAS pada perdagangan di sesi kedua, Selasa, menguat 24 poin atau 5,56% ke level Rp 456 per sahamnya.
Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menyebut, penguatan saham tersebut lantaran adanya isu yang berembus bahwa Krakatau Steel akan masuk ke holding pertambangan.
"Sentimen mengenai rumor masuknya KRAS ke holding pertambangan menjadi sentimen positif bagi sahamnya. Karena rumor ini tentu akan menjadi treatment untuk mengurangi risiko kondisi neraca keuangan perseroan," kata Alfred, kepada CNBC Indonesia, kemarin. (prm)
http://bit.ly/2GdVWZm
April 10, 2019 at 03:24PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "KRAS, Kerugian BUMN, dan Utang yang Menggunung"
Post a Comment