Search

Jokowi Menang IHSG Bisa Melesat, 2 Sektor Jadi Primadona

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta politik terbesar di tanah air akan segera digelar. Pada tanggal 17 April mendatang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif akan dilakukan serentak.

Pada pemilu 2019, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.


Jika berkaca kepada sejarah, ternyata, pasar saham dan tahun pemilu merupakan 2 sejoli yang begitu mesra ketika disandingkan bersama. Dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

Kenaikan IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir juga tak bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan. Pasalnya, kenaikan IHSG cenderung diikuti oleh kenaikan volume transaksi yang signifikan.

Pada tahun 2004, berdasarkan data yang kami himpun dari Refinitiv, rata-rata volume transaksi harian di pasar saham adalah sejumlah 1,38 miliar unit atau meroket hingga 83,9% dibandingkan rata-rata volume transaksi harian tahun 2003. Pada tahun 2009, rata-rata volume transaksi harian melejit hingga 131,8%.

Barulah pada tahun 2014, rata-rata volume transaksi harian jatuh, walaupun tak besar yakni 11,3% saja.

Namun perlu diingat, kinclongnya performa IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014) didukung oleh sebuah kesamaan: hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.

Pada pilpes 2014 misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan bahwa 47,6% responden mendukung duet Joko Widodo-Jusuf Kalla, sementara 44,9% menjagokan duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 8 Juli 2014.

Untuk pilpres kali ini, Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.

"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).

Lantas, jika pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin benar berhasil memenangi pertarungan nantinya, besar kemungkinan IHSG akan melesat. Apalagi, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin (8/4/2019) penguatan IHSG baru sebesar 3,73%. (ank/hps)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2G1AFAU

April 09, 2019 at 10:50PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Jokowi Menang IHSG Bisa Melesat, 2 Sektor Jadi Primadona"

Post a Comment

Powered by Blogger.