Search

Suku Bunga, KTT G20, dan Peluang Emas Kembali ke US$1.900

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas melesat tajam sejak pekan lalu hingga perdagangan Selasa (25/6/2019). Dalam enam hari terakhir, harga emas telah menguat 7,42% hingga mencapai level tertinggi hariannya pada US$ 1.438,63. Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2013.

Penguatan harga emas dipicu Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang membuka peluang pemangkasan suku bunga (Federal Funds Rate/FFR) saat mengumumkan kebijakan moneter Kamis (20/6/19) lalu. Arah kebijakan The Fed kini kembali seperti pra-krisis finansial 2008.

Bank sentral paling powerful di dunia ini terakhir kali memangkas FFR menjadi 0,25% pada Desember 2008, dan bertahan hingga 7 tahun, hingga akhirnya dinaikkan pada Desember 2015.

Krisis finansial yang berawal dari dari AS di tahun 2008 atau yang dikenal dengan subprime mortgage membuat The Fed secara agresif memangkas suku bunga guna menyelamatkan perekonomian Paman Sam. Total dalam waktu 2 tahun, The Fed yang kala itu dipimpin oleh Ben Bernanke memangkas FFR sebesar 500 basis poin atau 5%, dari sebelumnya di awal 2007 sebesar 5,25% menjadi 0,25% di akhir tahun 2008.


Suku bunga rendah ternyata belum cukup untuk memulihkan perekonomian AS, maka dimulai lah periode pembelian aset melalui surat berharga atau surat utang baik pemerintah maupun swasta oleh The Fed, atau yang dikenal dengan istilah quantitative easing (QE). Tujuannya untuk membanjiri likuiditas di pasar, sehingga mendorong aktivitas perekonomian.

The Fed menerapkan kebijakan QE dalam tiga tahap, QE1 dimulai November 2008, kemudian QE2 dimulai pada Juni 2011, dan Q3 yang dimulai pada September 2012, dengan jumlahnya pembelian aset yang terus meningkat

Tidak hanya The Fed, banyak bank sentral utama dunia juga melakukan hal yang sama, suku bunga rendah dan QE yang membuat pasar banjir likuiditas. Penurunan suku bunga dan QE dari The Fed membuat indeks dolar jeblok, dan rally panjang kenaikan harga emas pun dimulai.


Secara tradisional emas merupakan aset lindung inflasi dan juga aset aman atau safe haven. Banjir likuiditas secara global membuat inflasi kemungkinan meningkat, krisis finansial di AS merembet ke berbagai belahan dunia, yang membuat pelaku pasar mengalihkan investasinya ke aset safe haven seperti emas.

Belum lagi jebloknya nilai tukar dolar AS, membuat emas yang berdenominasi mata uang Paman Sam ini menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, membuat permintaan logam mulia semakin meningkat.

Faktor-faktor tersebut membuat harga emas mencapai level tertinggi sepanjang masa US$ 1.920,30 pada September 2011, mengutip data dari Refinitiv.


Kini, perang dagang yang berlarut-larut menimbulkan ancaman ekonomi AS akan melambat, bahkan munculnya isu-isu resesi membuat The Fed harus mengulang kembali periode pemangkasan FFR.

Akankah emas kembali mencapai harga tertingginya US$ 1.920 per troi ons?

Halaman Selanjutnya >>>

(ags/prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2IJ7vZU

June 26, 2019 at 02:41PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Suku Bunga, KTT G20, dan Peluang Emas Kembali ke US$1.900"

Post a Comment

Powered by Blogger.