
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Shanghai naik 0,09%, indeks Hang Seng naik 1%, indeks Straits Times naik 0,9%, dan indeks Kospi naik 0,38%.
Selain itu, terdapat beberapa aksi emiten yang layak disimak sebelum pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (19/6/2019).
1. Semester I Produksi 42 Juta Ton, BUMI Yakin Capai Target 2019
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menargetkan hingga akhir Juni 2019 ini dapat memproduksi batu bara sebesar 42 juta ton. Jumlah tersebut merupakan 46,67% dari target produksi perusahaan sepanjang tahun ini yang sebesar 88 juta ton-90 juta ton.
"Pada kuartal I-2019 produksi 20 juta ton, pada kuartal kedua produksi lebih baik menjadi 22 juta ton sehingga proyeksi produksi sampai akhir Juni bisa mencapai 42 juta ton. Sedangkan target produksi tahun ini 88 juta ton-90 juta ton, bisa lebih juga," kata direktur sekaligus corporate secretary perusahaan, Dileep Srivastava, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Adapun total produksi di tahun ini sedikit lebih naik dari realisasi produksi perusahaan di tahun lalu yang sebesar 83 juta ton.
2. Fitch Pangkas Peringkat Multipolar & Tarik Ratingnya, Kenapa?
Lembaga pemeringkat global Fitch Ratings menurunkan peringkat utang jangka panjang (Long Term Issuer Default Rating) PT Multipolar Tbk (MLPL) menjadi 'CCC+' dari sebelumnya 'B-'.
Pada waktu yang sama, peringkat National Long-Term Rating Multipolar juga diturunkan menjadi 'BB'- dari 'BB' dengan outlook negatif.
Fitch Ratings juga menarik peringkat utang (withdraw) Multipolar karena alasan komersial, sebagaimana terungkap dalam keterangan resmi, Senin (17/6/2019). Artinya Fitch tak lagi melakukan pemeringkatan terhadap Multipolar setelah rating terakhir ini.
3. Eksplorasi Blok Baru, Merdeka Copper Naikkan Capex Rp 2,28 T
PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) tahun ini menargetkan dapat memulai eksplorasi di tiga lokasi baru yang berpotensi memiliki cadangan mineral. Untuk menunjang proses eksplorasi ini, perusahaan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 160 juta (Rp 2,28 triliun, asumsi kurs Rp 14.300/US$).
4. Berkah Perang Dagang, Ekspor Sritex ke AS Naik Rp 429 M
Eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China justru berdampak positif bagi emiten produsen tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL). Perusahaan tekstil yang berorientasi ekspor itu menyebut, permintaan ekspor produk tekstil dari Indonesia ke AS naik.
"Pertumbuhan penjualan ke pasar AS meningkat US$ 25 juta hingga US$ 30 juta [sekitar Rp 429 miliar, asumsi kurs Rp 14.300/US$]," kata Welly Salam, Sekretaris Perusahaan Sri Rejeki Isman, saat paparan publik perseroan di Jakarta, Senin (18/6/2019).
Adanya perang dagang membuat pasar AS membidik pasar lainnya selain China ke negara-negara kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. "Perang dagang memberikan peluang bagi Indonesia meningkatkan ekspor ke AS sebagai salah satu tujuan utama ekspor," jelasnya.
5. Sempat Ambruk 25%, BEI Pantau Saham Emiten Hary Tanoe
Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau pergerakan dua saham media Grup MNC milik taipan Hary Tanoesoedibjo yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) yang sahamnya amblas ke auto reject bawah, minus 25% pada perdagangan Senin (17/6/2019).
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan transaksi saham ini masih dipantau, bisa saja pergerakannya masuk dalam kelompok saham yang pergerakannya tidak biasa dan bergerak di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).
"Kita lagi lihatin sekarang. Kalau masih wajar karena memang supply dan demand ya biar saja. Kita lagi lihatin sekarang. Kecuali ada yg enggak wajar bisa kena UMA," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/6/2019).
6. Drama Berlanjut, BEI Periksa Lapkeu Kuartal I Garuda
Bursa Efek Indonesia tengah mendalami laporan keuangan kuartal I-2019 dari PT Garuda Indonesia Tbk (GIIA) sebagai bagian tak terpisahkan dari langkah pemeriksaan laporan keuangan 2018 dari maskapai penerbangan BUMN tersebut.
"Triwulan I sudah menjadi bagian tidak terpisah dari [laporan keuangan] audited. Iya [lagi diperiksa] karena menjadi bagian yang tidak terpisah. Jadi yang kami sampaikan, yang audited 2018 sama triwulan 1 itu menjadi bagian yang tidak terpisah makanya ada dua terminologi yang kami sampaikan," kata I Gede Nyoman Yetna Setia, Direktur Penilaian BEI, di Jakarta, Selasa (18/6/2019).
Yetna mengatakan bahwa untuk laporan keuangan (lapkeu) audit 2018, ada pengakuan awal (Initial recognition) dari pendapatan, dan untuk triwulan I-2019 perlu dilihat kembali pos tersebut.
7. Resmi Listing, Saham Perusahaan Fiber Optik Ini Melesat 32%
Saham PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) langsung menguat 32% ke Rp 330/saham dari harga perdana Rp 250/saham, saat pencatatan perdana saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa 18 Juni 2019 ini.
Penguatan saham CCSI ini juga terjadi ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat tipis 0,07% ke 6.195,13. (prm)
http://bit.ly/2WPOPeD
June 19, 2019 at 03:02PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Simak, BEI Pantau Saham Hary Tanoe dan Cek Lapkeu Q1 Garuda"
Post a Comment