
Kepala Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menjelaskan volume impor solar tahun depan bisa hemat 8-9 juta kilo liter (kl). Dengan asumsi harga solar per liter Rp 8.900, maka nilainya sebesar Rp 70 triliun atau setara dengan US$ 6 miliar.
Benarkah bisa berdampak sebesar itu?
Berdasarkan data dari Kepala Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Dono Boestami, jika menilik dari implementasi kebijakan mandatori biodiesel saja, sejak 2015 sampai pada 2018, negara sudah mampu menghemat devisa sebesar US$ 3,37 miliar atau setara Rp 50,4 triliun, dengan total biodiesel yang disalurkan sebesar 9,92 juta kiloliter (kl).
Sementara itu, pemerintah mencatat, terhitung sejak Januari 2019 sampai dengan 22 April 2019, serapan biodiesel ada di kisaran 1,74 juta kl.
"Itu sekitar 28% dari target yang sebesar 6,2 juta kl," ujar Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Feby Andriah saat dihubungi CNBC Indonesia, Kamis (2/5/2019).
Sebelumnya, dengan adanya kebijakan mandatori ini, pemerintah berharap konsumsi biodiesel dalam negeri di 2025 akan meningkat hingga mencapai 6,9 juta kilo liter.
Adapun konsumsi biodiesel pada 2018 telah mencapai 3,8 juta kilo liter, yang mana saat ini implementasi B20 telah dilakukan.
Di sisi lain, masih berdasarkan data dari BPDP Kelapa Sawit, penjualan biosolar PT Pertamina (Persero) pada 2018 tercatat sebesar 465.000 kl per hari, dengan sumber pasokan 41.000 kl per hari dari solar impor, 380.000 kl per hari dari solar produksi kilang dalam negeri, dan 44.000 kl per hari pasokan FAME (fatty acid methyl ester/biodiesel.
(tas)
http://bit.ly/2WPxnMo
June 19, 2019 at 04:40PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Biodiesel 30% Berlaku 2020, Berapa Devisa yang Dihemat?"
Post a Comment