Search

Tren Street Wear, Tak Sekadar Gaya Busana Ratusan Juta Rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia- Kalangan anak muda nusantara sedang gandrung gaya busana streetwear atau busana jalanan. Tapi harga busana itu tak sembarangan, dari atas ke bawah dengan menggunakan merek ternama harganya bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Ada istilah lainnya yang belakangan tren untuk gaya busana yang mubazir itu, hypebeast. Jadi, mana istilah gaya yang benar?

Isser Whitey James, seorang kolektor sneakers sekaligus pemilik toko Badass Monkey menarik jauh pada sejarah street wear untuk mengedukasi fenomena tersebut. Pada era 90-an, budaya skate sedang marak di California, Amerika Serikat. Lalu muncul-lah orang-orang yang membuat toko pakaian di level jalanan sperti Stüssy, Diamond Supply Co., Undefeated, sampai The Hundreds.

Tren Street Wear, Tak Sekadar Gaya Busana Ratusan Juta RupiahFoto: Foto/Iiser Whitey/Fikri Muhammad/CNBC Indonesia

Brand-brand tersebut memiliki genre masing-masing. Stüssy kemudian menyadari bahwa orang-orang yang mengidolakan brand itu tidak hanya seorang selancar. Akhirnya ia membuat sebuah budaya yang lebih luas dengan tulisan puisi atau kutipan kata dari seorang tokoh.

Salah satunya adalah kutipan dari Bob Marley hingga kemudian terlihat bahwa ini berhubungan dengan banyak orang, bahwa orang-orang bisa memakai baju itu di jalanan tanpa ada hobi tertentu seperti skate atau surfing.

Seiring berjalanya waktu tumbuh brand lain dari Jepang dan Eropa. Mereka mencoba mengimplementasikan gaya berpakaian sesuai dengan distrik jalanan mereka.

Para brand street wear mulanya juga tidak berniat membuat suatu brand khusus. Isser mengunkapkan itu lebih kepada sebuah komunitas yang ingin mempunyai baju buat komunitasnya sendiri. Brand street wear pada masa itu juga tidak masuk di dalam mal.

Setelah banyak dinikmati orang, street wear kemudian berkembang sebagai simbol yang memilik jiwa pemberontakan. Bagi orang-orang yang tak mampu beli pakaian di mal mereka membeli barang street wear. Selain harganya yang lebih murah, street wear juga bisa menunjukan jati diri seseorang yang pemberontak tersebut.

Munculnya Majalah Hypebeast dan Miskonsepsi Fashion Indonesia

Melompat jauh pada beberapa dekade kedepan muncul sebuah perusahaan asal Hongkong bernama Hypbeast pada 2005. Hypebeast membuat sebuah platform majalah d imana mereka meliput tentang gaya berpakaian dari tiap negara. Hingga banyak anak muda yang berpatokan pada Hypebeast untuk melihat tren fashion yang sedang berkembang.

Hypebeast juga memasukan sneakers sebagai salah satu elemen berpakaian dalam majalahnya. Seperti snekaers untuk skate dengan Vans atau basket dengan Air Jordan. Untuk tampilan jalanan seperti Nike Air Max dan sepatu lain yang dibuat oleh para perancang diagkat dalam Hypebeast.

Masuk di tahun 2015 perkembangan sneakers besar di Indonesia. Orang-orang yang mulanya hanya suka sneakers ikut melirik street wear. Namun yang terjadi menurut Isser bahwa banyak orang hanya melihat dari Hypebeast nya saja karena terus update pakaian kekinian. Sehingga terjadilah generalisasi bahwa cara berpakaian street wear di era sekarang dinamakan Hypebeast.

"Hypebeast itu majalah yang memberitakan. Kenapa dibilang hypebeast karena banyak macam gaya disitu. Orang yang nggak ngerti, karena ketidak tahuanya ya, mereka bilang gaya-gaya Hypebeast. Mereka ngga ngerti karena mereka nggak mau ribet yaudah Hypebeast aja. Padahal kan bisa, gaya lu skate, hip hop atau punk banget. Ini masalah edukasi sih," ucap Isser Whitey James pada CNBC Indonesia di Velo Park, Jakarta Barat (24/4/2010).

Isser merasa bahwa tren ini sudah berubah dari semestinya, yakni kultur jalanan. Para pembeli barang mahal street wear sekarang condong menjadi standar sosial dari pergaulan mereka. "Jadi kalau gua pakai barang kaya gini, gua bisa gabung ke komunitas yang high level. Memang nggak semua orang seperti itu, tapi mayoritas Hypebeast tren sperti itu," tuturnya.

Pendapat senada juga di kisahkan oleh Co-Founder Asumsi, Iman Sjafei. Ia yang sudah mendambakan sneakers sejak Michael Jordan masih aktif bermain NBA malas disebut Hypebeast. Menurutnya, belakangan Hypebeast condong ke anak ABG yang baru melihat street wear.

Tren Street Wear, Tak Sekadar Gaya Busana Ratusan Juta RupiahFoto: Foto/Iman Sjafei/Fikri Muhammad/CNBC Indonesia

"Hypebeast itu belakangan arahnya justru ke anak-anak abg. Yang baru lihat street wear kebetulan anak orang kaya abis, langsung beli beli barang gitu. Jadi kalau gua dibilang Hypebeast karena berpakaian street wear gua males. Gua sih suka ga suka, yaudahlah nggak apa-apa," ucap Iman Sjafei pada CNBC Indonesia di reKreasi Creative Playground, Jakarta (23/4/2019).

Belakangan, menurut Iman, orang-orang salah kaprah soal Hypebeast yang muncul dari majalah. Melihat industri yang subur dengan segala high end street wearnya. Generalisasi muncul bahwa berpakaian street wear berarti Hypebeast. Street wear dan Hypebeast adalah dua hal yang berbeda menurut Iman.

"Beda pasti, misalnya lo ngomong sama anak-anak street wear atau anak sneakres yang udah tua-tua tuh dedengkot. Kaya mislnya kalau di forum darahkubiru ada orang kaya Isser Whitey James itu nggak mau dibilang Hypebeast," kata Iman. 

[Gambas:Video CNBC] (gus)

Let's block ads! (Why?)



http://bit.ly/2IL1k8N

April 29, 2019 at 02:28AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tren Street Wear, Tak Sekadar Gaya Busana Ratusan Juta Rupiah"

Post a Comment

Powered by Blogger.