Search

Srikandi Ini Siap Geser Shinzo Abe dan Jadi PM Jepang

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang perempuan Jepang bernama Tomomi Inada ingin masuk ke dalam klub politik Jepang yang biasanya didominasi oleh laki-laki.

Mantan menteri pertahanan itu mengatakan kepada CNBC International, ia bermaksud mencalonkan diri untuk memperebutkan posisi puncak Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa pada 2021.

Upaya itu dilakukannya untuk menggeser Perdana Menteri Shinzo Abe yang saat ini memegang posisi tersebut. Jika berhasil, dia bisa menjadi pemimpin wanita pertama di Jepang.

Di bawah aturan saat ini, Abe tidak lagi dapat mengikuti pemilihan karena sudah menang tiga kali berturut-turut sebagai presiden partai.


Posisi presiden partai secara tradisional memungkinkan seseorang menjabat sebagai perdana menteri ketika LDP mengendalikan parlemen. Partai ini telah memerintah Jepang pasca-Perang Dunia II.

Inada, yang adalah seorang nasionalis yang setia dan orang kepercayaan Abe yang tertutup, ingin membangun prestasinya dan membuat reformasi lebih lanjut. Salah satu reformasi yang ingin dilakukannya adalah mengekang utang negara yang besar, katanya kepada CNBC di Credit Suisse Asian Investment Conference di Hong Kong pekan lalu.

"Saya bermaksud untuk (mengikuti pemilihan) tersebut dalam dua tahun," kata anggota parlemen itu tentang rencananya untuk mencalonkan diri sebagai presiden partai pada pemungutan suara berikutnya.

Abe yang telah berkuasa selama lebih dari enam tahun, telah mendapat gelar perdana menteri yang terlama menjabat di Jepang tahun ini. Masa jabatannya sebagai pemimpin partai akan berlangsung hingga September 2021.

Dia telah mencoba untuk menghidupkan kembali ekonomi terbesar ketiga di dunia itu dan menghapuskan deflasi yang telah naik turun selama beberapa tahun terakhir melalui program "Abenomics" khasnya.

Srikandi Ini Siap Geser Shinzo Abe dan Jadi PM JepangFoto: Menteri Pertahanan Jepang Tomomi Inada (REUTERS / Toru Hanai)

Dia telah mencatatkan beberapa keberhasilan, seperti melemahkan yen, membuat pasar saham terapresiasi dan mengakhiri deflasi yang terburuk. Tetapi menaikkan inflasi yang berkelanjutan sebesar 2% yang merupakan salah satu target utamanya, belum tercapai.

Inada tidak memungkiri tentang sulitnya mencapai puncak LDP yang didominasi pria itu. Dia mengatakan untuk mewujudkan hal tersebut, ia mungkin akan membutuhkan beberapa kali percobaan, seperti yang terjadi pada banyak pria yang berhasil.

"Biasanya butuh dua atau tiga kali (percobaan)," kata Inada, yang berusia 60 tahun pada Februari. "Jadi, saya harus mencobanya."

Beberapa wanita telah mencoba untuk menduduki posisi puncak LDP, namun tidak ada yang berhasil.

Contohnya adalah Gubernur Tokyo saat ini, Yuriko Koike, yang memperebutkan pemilihan kepemimpinan LDP pada tahun 2008, tetapi kalah, dan hanya menempati urutan ketiga.


Anggota parlemen veteran Seiko Noda juga pernah mencoba pada tahun 2015 dan 2018, namun gagal mendapatkan 20 tanda tangan dari anggota partai yang diperlukan untuk mendapatkan suara.

"Masih ada mentalitas bahwa politisi harus laki-laki," kata Inada, seraya menambahkan dia lebih suka menetapkan target dan insentif untuk membantu meningkatkan jumlah politisi perempuan.

Pada 1 Januari tahun ini, Jepang menduduki peringkat 165 dari 191 negara yang persentase perempuannya di parlemen tinggi, menurut Inter-Parliamentary Union, sebuah organisasi global parlemen nasional, dan Perempuan PBB, yang mempromosikan kesetaraan gender.

Hanya ada 10,2% perempuan di majelis rendah parlemen Jepang dan 20,7% di majelis tinggi, data menunjukkan.

Sebagai bagian dari program ekonominya, Abe telah mencoba meningkatkan partisipasi perempuan dalam perekonomian karena tenaga kerjanya telah menyusut sebagai akibat dari populasi yang menua dengan cepat dan tingkat kelahiran yang menurun di Jepang .

Meski demikian, Jepang masuk dalam 110 besar dari 149 negara dan ekonomi yang diperingkat dalam Laporan Kesenjangan Gender Global Forum Ekonomi Dunia yang dikeluarkan pada bulan Desember.


Inada yang juga merupakan seorang pengacara dengan pelatihan dan menjadi anggota parlemen sejak 2005, tidak mudah dikarakterisasi.

Wanita yang menjuluki dirinya sebagai seorang konservatif dan telah enggan mengkritik sejarah masa perang Jepang itu telah mengambil sikap progresif tentang penerimaan pekerja asing dan advokasi LGBTQ (lesbian, gay, biseksual, transgender, dan queer). (prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2I1Qeeu

April 02, 2019 at 10:12PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Srikandi Ini Siap Geser Shinzo Abe dan Jadi PM Jepang"

Post a Comment

Powered by Blogger.