Keduanya merupakan perwakilan dari PT Trans Airways, pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61%. Laporan itu sendiri mencatatkan laba bersih senilai US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs Rp 14.000).
Polemik penolakan laporan bermula dengan beredarnya sejumlah dokumen internal Garuda Indonesia di kalangan awak media.
Garuda Indonesia sendiri menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) secara tertutup di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (24/4/2019). Dokumen yang beredar di kalangan media juta dibagikan kepada peserta RUPST.
Pangkal persoalannya yang memicu polemik adalah adanya pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink Indonesia.
Manajemen Garuda Indonesia mengklaim pendapatan dari Mahata sebesar US$ 239.940.000, yang diantaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil yang didapat dari PT Sriwijaya Air. Transaksi itu dinilai tidak sesuai dengan kaidah pernyataan standar akutansi keuangan (PSAK) nomor 23.
Terlebih, hingga akhir 2018 belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata Aero Teknologi. Karenanya, catatan itu masih dalam bentuk piutang, namun Garuda Indonesia sudah mengakuinya sebagai pendapatan.
Padahal, tanpa nominal kerja sama tersebut, perusahaan masih jauh dari kata untung, karena sebenarnya masih merugi US$ 244.958.308.
"Adapun dengan mengakui pendapatan dari perjanjian Mahata maka perusahaan membukukan laba sebesar US$5.018.308," tulis Chairal dan Dony dalam surat yang ditujukan kepada manajemen Garuda Indonesia.
Merespons keberatan dua komisaris itu, Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo, angkat bicara. Menurutnya laporan ini sudah melalui proses audit.
"Kan ini perusahaan Tbk. Sama dengan teman-teman semua tahu. Kalau non-Tbk kita bisa masuk lebih dalam, kalau Tbk sebelum pengesahan, kan kita tahunya setelah selesai," urainya di lokasi RUPST.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra sebenarnya juga berada di lokasi. Awak media sudah berupaya menunggunya untuk meminta konfirmasi.
Namun, alih-alih menemui awak media, pria yang akrab disapa Ari Askhara itu justru tiba-tiba 'raib'. Dia memilih keluar lokasi melalui pintu lain untuk menghindari awak media. (hps/hps)
http://bit.ly/2GDwPPG
April 25, 2019 at 01:42AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Perkara US$ 239 Juta, Laporan Keuangan Garuda Dipertanyakan"
Post a Comment