
United menunjuk Ole Gunnar Solskjaer, eks penyerang mereka, sebagai pengganti sementara. Awalnya, kepemimpinan The Baby-faced Assasin membawa harapan bagi United.
Kemenangan demi kemenangan diraih, termasuk di babak 16 besar Liga Champions saat United secara dramatis menyingkirkan Paris St Germain (Prancis). United tak terkalahkan dalam 12 pertandingan pertama Solsksjaer.
Solsksjaer yang semula hanya berstatus caretaker pun naik pangkat menjadi manajer tetap dengan kontrak selama tiga tahun. E lha dalah, setelah itu kok performa United malah melorot. Dalam enam pertandingan terakhir, United sudah kalah empat kali. Berbagai kalangan menuding masalah United sudah ke tahap struktural. Misalnya, United tidak punya Direktur Olah Raga yang mengurus perekrutan pemain yang sesuai dengan kebutuhan klub. Akibatnya, rekrutmen pemain United terlihat begitu sporadis tanpa arah, tujuan, dan visi masa depan yang jelas. Selepas era Ferguson, United banyak membeli pemain berlabel bintang dengan harga mahal. Namun apakah mereka berhasil meneruskan tradisi juara yang dibangun rezim Ferguson? Nope. Salah satu rekrutmen United yang fenomenal adalah kala membajak Alexis Sanchez dari Arsenal. United berhasil memenangkan persaingan dengan si tetangga berisik, Manchester City, dalam hal perburuan pemain nasional tim nasional Cile tersebut. Namun ternyata kemenangan itu sia-sia. Bahkan menyisakan luka yang mendalam bagi United. Luka yang menganga dan sangat menyakitkan, sehingga City boleh merasa bersyukur tidak jadi merekrut Alexis.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2) (aji/aji)
http://bit.ly/2XQjWb2
April 28, 2019 at 12:37AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Masalah Terbesar MU: Alexis Sanchez"
Post a Comment