
Hingga Maret 2019, laba bersih ROTI meroket 123,22% year-on-year (YoY) menjadi Rp 64,85 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 29,05 miliar. Alhasil margin bersih yang dibukukan perusahaan naik hampir dua kali lipat dari 4,41% jadi 8,19%.
Nah uniknya, faktor utama yang mendorong perolehan mencengangkan tersebut, bukan kenaikan penjualan.
Pasalnya, penjualan perusahaan di kuartal I-2019 hanya mampu naik 20,13% secara tahunan menjadi Rp 791,73 miliar. Pertumbuhan ini pun tercatat bukan karena jumlah produk terjual naik, tapi karena porsi produk yang dikembalikan (retur) menurun hingga 45,94%.
Produk yang paling laku masih didominasi oleh roti tawar dengan porsi 72,29%, disusul roti manis (38,9%), kue dan lainnya (4,48%).
Lalu, pos laba rugi mana yang berhasil mendongkrak laba bersih ROTI awal tahun ini?
Khasiat keuntungan ROTI melesat lebih dari dua kali lipat adalah tertekannya porsi beban penjualan perusahaan sepanjang Januari-Maret 2019.
Sepanjang kuartal pertama tahun lalu, porsi beban penjualan terhadap total pemasukan menyentuh 38,74%. Namun pada kuartal I-2019, proporsinya turun ke level 33,24%.
Memang jika diperhatikan, perbedaanya hanya 5,5% tapi selisih setara dengan penghematan biaya hingga Rp 43,54 miliar. Andai saja, proporsi beban penjualan yang sama dicatatkan tahun ini, maka keuntungan yang dikantongi ROTI sekitar Rp 35,18 miliar (laba sebelum PPh).
Faktor terbesar yang mampu menekan biaya pos penjualan adalah anjloknya jumlah persediaan kadaluarsa yang dibukukan turun 46,04% YoY menjadi hanya Rp 49,19 miliar dari sebelumnya Rp 91,78 miliar.
Di lain pihak, pelaku pasar nampaknya mengapresiasi kinerja keuangan perusahaan di awal tahun. Hingga berita ini dimuat, harga saham ROTI naik 0,77% ke level Rp 1.310/unit saham. Ini merupakan nilai tertinggi sejak 1 April 2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/hps)
http://bit.ly/2DtqJjb
April 23, 2019 at 09:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Laba Sari Roti Meroket 123,22%, Ini Penyebabnya"
Post a Comment