Search

Laba ESSA Meroket hingga 1.519%, Apa Rahasianya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu emiten produsen gas alam tanah air, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang fantastis tahun lalu.

Laba bersih ESSA naik hingga 1.519,16% menjadi US$ 41,41 juta atau setara Rp 599,69 miliar dari yang sebelumnya US$ 2,56 juta atau Rp 37,04 miliar (kurs Rp 14.481/US$).

Pertumbuhan laba tersebut tidak terlepas dari usaha perusahaan yang melakukan ekspansi bisnis ke penjualan ammonia dan jasa pengolahan di tahun 2018.

ESSA memang dikenal sebagai perusahaan yang mengoperasikan kilang bahan bakar gas cair (LPG) domestik. Namun, di tahun 2018, salah satu entitas anak perusahaan, PT Panca Amara Utama (PAU) dengan jenis usaha pengoperasian pabrik ammonia mulai beroperasi secara komersial. Pabrik amonia PAU terletak di Luwuk, Sulawesi Tengah.


Alhasil, per tahun 2018 perusahaan mengantongi sumber pendapatan tambahan, bahkan lebih besar dari bisnis LPG-nya.

Tahun lalu, penjualan amonia ESSA tercatat sebesar US$ 98,75 juta atau setara 66,7% dari total pendapatan perusahaan. Mayoritas amonia yang diproduksi PAU dijual ke perusahaan asal Jepang, Genesis Corporation, dengan metode free-on-board/FOB, dimana biaya pengiriman ditanggung sepenuhnya oleh PAU.

Di lain sisi, meski sekarang penjualan LPG memiliki porsi yang lebih rendah yaitu US$ 41,14 juta, tapi penjualan LPG masih membukukan pertumbuhan positif dengan naik 22,07% YoY.

Alhasil, di tahun 2018, total pendapatan ESSA berhasil melonjak 399,24% YoY menjadi US 148,04 juta dibandingkan tahun 2017 yang sebesar US$ 33,70 juta.

Lebih lanjut, lonjakan laba bersih perusahaan tidak hanya ditopang dari penjualan. Dikarenakan, jika hanya disokong lonjakan penjualan, laba bersih ESSA hanya tumbuh sekitar 4 kali lipat.

Pemasukan lain yang dikantongi perusahaan adalah dari manfaat pajak yang dibukukan ESSA tahun lalu.


Sebagai informasi, di tahun 2017 dan 2018, PAU mencatatkan kerugian fiskal dengan total nilai sebesar US% 153,5 juta. Lalu, berdasarkan peraturan perpajakan perusahaan dapat memperoleh kompensasi berupa pendapatan kena pajak yang dapat dicatatkan maksimal 5 tahun sesudah kerugian fiskal.

Semestinya, di tahun 2018 beban pajak penghasilan yang tercatat oleh perusahaan adalah US$ 5,59 juta. Akan tetapi atas kerugian fiskal PAU, manfaat pajak yang diterima senilai US 33,28 juta. Alhasil, pada pos pajak penghasilan, ESSA justru membukukan pendapatan pajak sebesar US$ 27,69 juta.

Dengan demikian, bisa disimpulkan, rahasia dibalik pencapaian fantastis ESSA di tahun 2018 adalah PT Panca Amara Utama. Andai kata, PAU belum resmi beroperasi di tahun 2018, maka setidaknya kisaran laba kotor yang dibukukan perusahaan adalah ±US$ 20 juta.

Di akhir periode 2018, total aset perusahaan tumbuh 12,64% YoY menjadi US$ 924,52 juta dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 820,79 juta. Terdiri dari aset lancar US$170,17 juta dan aset tidak lancar US$ 754,36 juta.

Liabilitas perseroan pada 2018 terkoreksi tipis menjadi US$ 600,8 juta, dari akhir 2017 yang sebesar US$ 609,1 juta. Dengan liabilitas jangka pendek senilai US$ 115,05 dan liabilitas jangka panjang US$ 485,75 juta

Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai US$ 323,73 juta.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/prm)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2OKEwq1

April 04, 2019 at 08:45PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Laba ESSA Meroket hingga 1.519%, Apa Rahasianya?"

Post a Comment

Powered by Blogger.