Search

Ekonomi China Mulai Pulih, Harga Obligasi Rupiah Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah akhirnya menguat pada penutupan perdagangan Senin ini, (1/4/2019), di tengah lonjakan minat investor pada aset-aset berisiko di pasar negara berkembang.

Data yang dilansir dari Refinitiv menunjukkan, penguatan harga Surat Utang Negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Empat seri SUN yang menjadi acuan adalah FR0077dengan tenor 5 tahun, FR0078 dengan tenor 10 tahun, FR0068 dengan tenor 15 tahun, dan FR0079 dengan tenor 20 tahun.

SUN adalah Surat Berharga Negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik. Oleh sebab itu, pergerakan harga SUN dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Selain itu, pergerakan harga dan imbal hasil (yield) akan berbanding terbaik.


Kala yield meningkat, maka biasanya harga obligasi sedang melemah, alias makin murah. Yield juga lebih umum digunakan untuk acuan transaksi obligasi karena dapat menggambarkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Seri obligasi acuan yang menguat paling besar pada hari ini adalah seri FR0068 yang memiliki tenor 15 tahun dengan koreksi nilai yield sebesar 7,7 basis poin (bps).

Sementara itu, yield untuk seri acuan lain juga terkoreksi  dengan besaran yang lebih kecil. Sebagai catatan, besaran 100 bps setara dengan 1%.

Penguatan harga obligasi yang terjadi pada hari ini erat kaitannya dengan rilis data aktivitas manufaktur China yang bisa dibilang cukup mengesankan. Pasalnya, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Negeri Tirai Bambu periode Maret versi Caixin dibacakan di posisi 50,8 yang merupakan ekspansi pertama kali sejak November 2018.

Selain itu, konsensus yang berhasil dihimpun oleh Reuters memprediksi angkanya akan jatuh di posisi 50,1. Artinya aktivitas sektor manufaktur China telah membaik, bahkan melebihi prediksi pasar. Sebagai informasi, angka PMI  di atas 50 berarti terjadi ekspansi. Berlaku pula kebalikannya.Hal senada juga terjadi pada PMI manufaktur China periode Maret versi pemerintah yang dibacakan sebesar 50,5 yang mana juga merupakan ekspansi pertama dalam empat bulan terakhir. Ini berarti masih ada harapan ekonomi dunia kembali di gas pada tahun ini.

Toh ternyata China sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-2 di dunia sudah menunjukkan gejala perbaikan.

 Inilah yang membuat investor makin yakin untuk agresif berinvestasi pada aset-aset berisiko lain, seperti saham atau obligasi.
    
Yield Obligasi Negara Acuan 1 April 2019
Seri Jatuh tempo Yield 29 Mar 2019 (%) Yield 1 April 2019 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 1 Apr'19
FR0077 5 tahun 7,1610 7,113 -4,80 7,0631
FR0078 10 tahun 7,6650 7,593 -7,20 7,5819
FR0068 15 tahun 8,1210 8,044 -7,70 8,0006
FR0079 20 tahun 8,1820 8,128 -5,40 8,1015
Avg movement -6,275
Sumber: Refinitiv

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, dimana indeks INDOBeX Goverment Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat.

Pada  hari ini indeks INDOBeX Goverment Total Return naik 0,356 (0,14%) menjadi 247.07 dari yang sebelumnya 246,71 pada Jumat pekan lalu (29/3/2019).

Naiknya harga SBN hari ini membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah yang bertenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan tenor yang sama menjadi 514 bps. Menyempit dari posisi Jumat pekan lalu yang mencapai 524 bps.

Yield US Treasury dengan tenor 10 tahun naik 2 bps menjadi 2,446% dari posisi Jumat pekan lalu  yang sebesar 2,426%. Terkait dengan pasar US Treasury saat ini masih terjadi inversi pada tenor 3 bulan- 5 tahun dan 2 tahun-5 tahun. Inversi tenor 3 bulan-10 tahun yang seringkali dikaitkan dengan risiko resesi tidak lagi terlihat.


Sebagai catatan, inversi adalah kondisi yield seri jangka pendek yang lebih besar ketimbang yield seri jangka panjang.
 Kala inversi terjadi, artinya investor menilai risiko ekonomi jangka pendek lebih besar dibanding jangka panjang.Namun menurut mantan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed), Janet Yellen, ekonomi AS tidak akan terjebak ke dalam resesi dalam waktu dekat.

Dia juga menyampaikan bahwa belum ada alasan kuat bagi The Fed untuk menurunkan suku bunganya.

 Senada, Presiden The Fed New York, John Williams juga menyampaikan bahwa tidak perlu khawatir akan risiko resesi. Menurutnya ada banyak alasan prediksi yang berlaku di masa lalu tidak akan sama untuk masa sekarang. 
Yield US Treasury Acuan 1 April 2019
Seri Benchmark Yield 29 Mar 2019 (%) Yield 1 April 2019 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2,432 2,401 3 bulan-5 tahun 13,1
UST 2020 2 Tahun 2,276 2,294 2 tahun-5 tahun 2,4
UST 2021 3 Tahun 2,221 2,243 3 tahun-5 tahun -2,7
UST 2023 5 Tahun 2,246 2,270 3 bulan-10 tahun -4,5
UST 2028 10 Tahun 2,426 2,446 2 tahun-10 tahun -15,2
Sumber: Refinitiv  

Masih berdasarkan data Refinitiv, pelemahan obligasi terjadi di hampir semua negara berkembang. Hanya Singapura dan Afrika Selatan saja negara yang berhasil membukukan penguatan obligasi. Tentu saja selain Indonesia.

Adapun di negara maju, penguatan hanya terjadi di Inggris. Pada negara-negara maju lain seperti Jerman, Perancis, Jepang, dan Amerika Serikat terjadi pelemahan di pasar obligasi.

Kondisi tersebut mengindikasikan adanya aliran dana yang keluar dari pasar obligasi negara maju ke efek yang lebih berisiko seperti saham atau pasar obligasi negara berkembang.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang Yield 29 Maret 2019 (%) Yield 1 April 2019 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 8,920 8,985 6,50
China 3,075 3,132 5,70
Jerman -0,050 -0,042 0,80
Perancis 0,336 0,359 2,30
Inggris 1,028 1,015 -1,30
India 7,343 7,346 0,30
Jepang -0,090 -0,080 1,00
Malaysia 3,773 3,783 1,00
Filipina 5,622 5,728 10,60
Rusia 8,310 8,430 12,00
Singapura 2,078 2,073 -0,50
Thailand 2,490 2,515 2,50
Amerika Serikat 2,423 2,446 2,30
Afrika Selatan 8,645 8,510 -13,50
Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(taa/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2FNPpnQ

April 02, 2019 at 02:25AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ekonomi China Mulai Pulih, Harga Obligasi Rupiah Menguat"

Post a Comment

Powered by Blogger.