
Namun kini beberapa pengamat meragukan penghitungan valuasi tersebut. Salah satunya adalah Aswath Damodaran, profesor New York University. Menurutnya pasca IPO valuasi valuasi Uber bisa turun.
Aswath Damodaran mengunakan dua kerangka penilaian. Pertama, penilaian "top-down". Ini adalah cara menghitung valuasi perusahaan berdasarkan pangsa pasar, margin, dan investasi kembali. Hitungannya valuasi Uber jadi US$61,7 miliar atau setara US$54 per saham.
Kedua, penilaian berdasarkan jumlah pengguna platform. Hitungannya valuasi uber turun jadi US$58,6 miliar atau setara US$51 per saham.
"Pasar modal adalah permainan harga dan bukan permainan nilai," kata Aswath Damodaran seperti dikutip dari CNBC International, Selasa (16/4/2019). "Ketika Anda memiliki perusahaan-perusahaan seperti ini, suasana hati dan momentum yang mendorong harga."
Analis Wedbush Securities, Dan Ives juga meragukan perhitungan valuasi Uber. Ia bahkan mengaku tidak tahu cara bagaimana cara menghitung valuasi Uber hingga sebesar itu.
"Jalan menuju profitabilitas itu kabur. Dan juga membandingkan Uber dengan Amazon, itu seperti membandingkan pemain bola basket sekolah menengah yang hebat dengan LeBron James, "kata Ives.
Simak video tentang Uber di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(roy/miq)
http://bit.ly/2Xd5WHV
April 16, 2019 at 08:52PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Disebut Bernilai Rp 1.400 T, Valuasi Uber Dipertanyakan"
Post a Comment