Perjalanan udara bisa lebih singkat, dari Medan cukup satu jam terbang ke Bandar Udara Rembele, ditambah satu jam lagi dengan mobil. Tapi dari atas pesawat tampak jelas alasan kenapa daerah ini terisolasi dari sistem kelistrikan dan tergantung pada pembangkit pembangkit diesel.
Terletak di ujung Indonesia, Takengon adalah satu dari beberapa titik yang masih minim infrastruktur listrik. Wilayahnya dikelilingi bukit dan gunung, jalan berliuk dan terbatas. Dengan kontur seperti itu, jadi tantangan tersendiri untuk membangun infrastruktur.
![]() |
Listrik di daerah tersebut selama ini mengandalkan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yang sebagian besar disewakan oleh swasta. Totalnya bisa mencapai 48,8 MW.
Listrik ini disambungkan lewat transmisi dengan kabel rendah. Di mana mudah terdampak cuaca, bahkan terganggu oleh hewan-hewan liar.
Untuk itu, kini telah dibangun dan beroperasi secara resmi 3 gardu induk beserta transmisi 150 Kv (Saluran Udara Tegangan Tinggi). Dengan titik sebagai berikut;
Gardu Induk (GI) 150 kV Takengon dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Bireuen dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Takengon - Bireuen;
b. Gardu Induk (GI) 150 kV Kutacane dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Berastagi, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Berastagi - Kutacane;
c. Gardu Induk (GI) 150 kV Subulusalam dan Gardu Induk (GI) Extension 150 kV Sidikalang dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Sidikalang - Subulusalam.
"Infrastruktur pendukung berupa SUTT dan Gardu Induk ini membuka isolasi terhadap masuknya PLN ke jaringan listrik. Ini Terisolasi karena tergantung dari PLTD selama ini baik dari swasta maupun PLN. Kalau ada sistem ini, gardu induk akan pasok listrik dari pembangkit," ujar Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana, dalam peresmian gardu induk tersebut, Selasa (9/4/2019).
Target ESDM sendiri cukup jelas, menekan habis penggunaan berbahan bakar solar PLTD agar negara bisa hemat. Toh, dengan 3 gardu induk ini setidaknya 18 MW penggunaan PLTD kini bisa terganti, dan negara diklaim bisa hemat hingga Rp 265 miliar setahun.
"Kalau terus hemat dan PLTD bisa diganti, BPP (ongkos produksi) listrik bisa turun seperti yang diminta oleh Pak Menteri (Jonan) dan Pak Presiden Jokowi," jelasnya.
Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah juga menambahkan kondisi listrik Aceh, khususnya wilayah yang terpasang gardu induk sudah lumayan membaik satu tahun terakhir. Meski warga masih ada keluhan dengan pemadaman yang terjadi.
"Angka konsumsi listrik Aceh naik 7,41% , pelayanan kami harapkan tetap diberikan secara merata. Kinerjanya baik, pasca-peresmian akan bisa lebih baik lagi karena reliabilities akan listrik akan lebih tinggi. Harapannya, byar pet akan jadi masa lalu di Aceh," tutur Nova.
Ia menginginkan PLN dan ESDM juga mengoptimalisasi sumber sumber listrik yang ada di Aceh, terutama energi baru dan terbarukan mulai dari air dan panas bumi. "Optimalisasi ini dapat segera dilakukan, mudah-mudahan listrik anda bukan jadi mimpi bagi Aceh."
Menanggapi permintaan Plt Gubernur Aceh, Menteri ESDM Ignasius Jonan pun mengatakan dari sisi daya dan pasokan selama ini tidak ada masalah di Aceh.
"Lampu sering terganggu itu bukan kapasitas atau daya, itu cukup. Yang memang harus diperbaiki sistem distribusi dan transmisi termasuk gardu induk supaya kurang gangguannya," jelasnya.
Tiga gardu yang diresmikan Jonan hari ini, adalah sebagian dari rencana akbar pemerintah yang menargetkan pembangunan transmisi yang andal di Sumatera. Pemerintah, kata Jonan, bakal membangun transmisi listrik yang tersambung dari ujung ke ujung pulau Sumatera agar listriknya bisa seandal Pulau Jawa.
Dirjen Listrik Rida Mulyana pun menegaskan kembali, bahwa pembangunan gardu dan transmisi memiliki tiga tujuan yakni listrik yang cukup, andal, dan murah.
Dengan begitu, Aceh tidak akan tergantung dengan PLTD lagi dan pasokannya akan semakin bagus. "Memaksa PLTD mati, nanti PLN penghematan bisa sampai Rp 265 miliar per tahun dan bisa bangun untuk hal lain. Yang dulu byarpet agar jadi masa lalu."
(dru)
http://bit.ly/2OYx7Ds
April 10, 2019 at 02:28AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "'Byar Pet Jadi Masa Lalu di Serambi Mekkah'"
Post a Comment