Pada perdagangan Senin (26/6/2019) pukul 09:15 WIB, harga Brent kontrak pengiriman Agustus menguat 0,57% ke level US$ 65,57/barel. Sementara harga light sweet (WTI) naik 0,75% menjadi US$ 57,86/barel.
Sepekan kemarin, harga Brent dan WTI meroket masing-masing sebesar 5,14% dan 9,37% secara point-to-point.
Penguatan harga minyak utamanya masih ditopang oleh hubungan Amerika Serikat (AS) dan Iran yang semakin tegang.
Akhir pekan lalu, Iran berhasil menembak jatuh pesawat tanpa awak (drone) milik AS. Iran mengatakan bahwa drone tersebut ditembak di atas wilayah udaranya. Namun AS menuding penembakan terjadi di wilayah udara internasional.
Sebelumnya AS juga beberapa kali menuduh Iran sebagai pihak yang bertanggungjawab atas beberapa penyerangan kapal tanker di perairan Fujairah, dekat Selat Hormuz.
Ketegangan ini, entah siapa yang salah, berpotensi berkembang menjadi konflik bersenjata atau perang.
Bahkan pekan lalu Presiden AS, Donald Trump mengatakan telah membatalkan perintah penyerangan terhadap Iran di menit-menit terakhir untuk menghindari pertumpahan darah yang tidak semestinya.
Negeri Persia juga terlihat masih panas dengan mengatakan siap untuk melawan jika AS benar melancarkan serangan.
"Apa pun keputusan yang dibuat oleh pemerintah AS, kami tidak akan membiarkan batas wilayah dilanggar. Iran akan melawan dengan tegas segala agresi dan ancaman dari AS," kata Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, mengutip Reuters.
Perang tentu saja bukan kondisi yang ideal bagi perusahaan minyak untuk. beroperasi. Bila ada konflik, aktivitas produksi di sejumlah titik terancam terhenti dan membuat pasokan minyak global semakin ketat. Terlebih diketahui bahwa Timur Tengah merupakan wilayah penghasil minyak terbesar di dunia.
Sesuai hukum dasar ekonomi, kala pasokan semakin ketat, harga akan naik untuk menyesuaikan pada level permintaan yang sama.
Kini, AS tengah bersiap untuk memberikan sanksi baru bagi Iran. Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan sanksi tersebut akan membuat Iran kesulitan untuk memberi sokongan dana pada sejumlah kelompok militan di Timur Tengah.
Namun dirinya juga masih membuka peluang untuk menempuh jalur diplomasi agar sanksi tidak jadi diberlakukan.
"Kami siap untuk bernegosiasi tanpa prasyarat. Mereka [Iran] tahu persis bagaimana menemukan kami. Saya yakin bahwa pada saat mereka [Iran] siap untuk terlibat, kita dapat memulai dialog. Saya menantikan hari itu," ujar Pompeo kepada awak media, seperti yang dilansir dari Reuters.
Selain itu, harga minyak juga masih mendapat tarikan ke atas dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
OPEC+ (OPEC dan sekutunya) berencana untuk kembali menggelar pertemuan pada 2 Juli di Wina, Austria. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menentukan kelanjutan dari kebijkan pemangkasan produksi yang telah dimulai sejak Januari 2019.
Sejauh ini OPEC terlihat masih ingin terus melanjutkan pemangkasan produksi. Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih mengatakan OPEC masih akan terus mengurangi produksi minyak secara bertahap sepanjang semester II-2019 dan menjaga pasokan di level yang 'normal'.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
http://bit.ly/2X1xFLk
June 24, 2019 at 04:40PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "AS-Iran Makin Panas, Apa Kabar Harga Minyak Dunia?"
Post a Comment