Search

Campur-Aduk Sentimen, Bursa Saham Asia Linglung

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama kawasan Asia mengawali perdagangan hari ini, Jumat (4/10/2019), dengan bervariasi: indeks Nikkei turun 0,12%, indeks Kospi melemah 0,17%, indeks Straits Times naik 0,04%, dan indeks Hang Seng menguat 0,23%. Untuk diketahui, perdagangan di bursa saham China diliburkan guna memperingati 70 tahun lahirnya Republik Rakyat China.

Campur-aduk sentimen membuat bursa saham Benua Kuning kesulitan menentukan arah. Berbicara mengenai sentimen negatif, ada perang dagang AS-Uni Eropa. Belum juga perang dagang AS-China beres, kini AS selaku negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia malah memanaskan hubungan dagang dengan blok ekonomi terbesar di dunia.

Pada hari Rabu (2/10/2019), Kantor Perwakilan Dagang AS merilis daftar produk impor asal Uni Eropa yang akan dikenakan tambahan bea masuk. Tambahan bea masuk tersebut terbagi dalam dua level, yakni 10% dan 25%. Pesawat terbang, kopi, daging babi, hingga mentega termasuk ke dalam daftar produk yang disasar AS.

Daftar produk tersebut dirilis pasca AS memenangkan gugatan di World Trade Organization (WTO). AS menggugat Uni Eropa ke WTO lantaran Uni Eropa dianggap telah memberikan subsidi secara ilegal kepada Airbus, pabrikan pesawat terbang asal Benua Biru. Dampak dari subsidi ilegal tersebut adalah pabrikan pesawat asal AS, Boeing, menjadi kurang kompetitif.

WTO memberikan hak kepada pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mengenakan bea masuk tambahan terhadap produk impor asal Uni Eropa senilai US$ 7,5 miliar. Melansir CNBC International, hingga kini belum jelas berapa nilai dari produk impor asal Uni Eropa yang akan dikenakan bea masuk tambahan oleh AS, apakah itu US$ 7,5 miliar atau kurang dari itu.

Berang dengan keputusan AS, Uni Eropa membuka ruang untuk membebankan bea masuk balasan terhadap produk impor asal AS.

Wajar jika perang dagang AS-Uni Eropa menjadi momok yang menakutkan bagi pelaku pasar. Pasalnya, Uni Eropa merupakan pasar ekspor terbesar dari AS. Pada tahun 2018, AS mengekspor barang senilai US$ 319 miliar ke negara-negara Uni Eropa. Sementara itu, AS diketahui mengimpor barang dari Uni Eropa senilai US$ 488 miliar pada tahun 2018, menjadikan Uni Eropa penyuplai barang terbesar kedua bagi AS.

Beralih ke sentimen positif, kini optimisme bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini membuncah.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 3 Oktober 2019, probabilitas The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada bulan ini melonjak menjadi 88,2%, dari 77% sehari sebelumnya. Seminggu yang lalu, probabilitasnya masih berada di level 49,2%.

Optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan pada akhir bulan ini membuncah seiring dengan rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Kemarin (3/10/2019), Non-Manufacturing PMI periode September 2019 diumumkan oleh Institute for Supply Management (ISM) di level 52,6, di bawah konsensus yang sebesar 55,1, seperti dilansir dari Forex Factory. Melansir CNBC International, Non-Manufacturing PMI yang sebesar 52,6 tersebut merupakan level terendah yang pernah dicatatkan semenjak Agustus 2016 silam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Md9vdb

October 04, 2019 at 03:54PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Campur-Aduk Sentimen, Bursa Saham Asia Linglung"

Post a Comment

Powered by Blogger.