Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Jumat pekan lalu (25/10/2019), di zona hijau. Namun per akhir sesi dua, IHSG terkoreksi hingga 1,38% ke level 6.252,35.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Shanghai menguat 0,48%, indeks Straits Times terapresiasi 0,42%, dan indeks Kospi bertambah 0,11%.
Untuk perdagangan Senin ini (28/10), cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan awal pekan ini.
1.Kuartal III 2019 Laba Bukit Asam Turun 21,08%
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) pada periode 9 bulan pertama di tahun ini membukukan penurunan laba bersih secara year on year (YoY).
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk perusahaan turun mencapai 21,08% menjadi Rp 3,10 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,92 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, laba yang turun ini juga menyebabkan terkikisnya nilai laba per saham perusahaan menjadi Rp 280 dari sebelumnya senilai Rp 373/saham.
Padahal pada periode ini, nilai pendapatan perusahaan naik tipis 1,36% dari akhir September 2018 sebesar Rp 16,03 triliun menjadi Rp 16,25 triliun di akhir kuartal III 2019. Turunnya laba bersih ini disebabkan oleh meningkatnya beban pokok pendapatan perusahaan menjadi Rp 10,54 triliun dari Rp 9,38 triliun.
2.Penerbitan Obligasi & Sukuk Sudah Tembus Rp 94 T
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi korporasi dan sukuk (obligasi syariah) yang sudah tercatat sepanjang 2019 hingga Jumat (25/10/2019) adalah sebanyak 82 emisi dari 44 perusahaan tercatat senilai Rp 94,18 triliun.
Dengan pencatatan ini, maka total emisi obligasi dan sukuk korporasi yang tercatat di BEI berjumlah 416 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 438,56 triliun dan US$ 47,5 juta, diterbitkan oleh 117 perusahaan tercatat.
Selain itu, Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 100 seri dengan nilai nominal Rp 2.673,85 triliun dan US$ 400 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp 8,78 triliun.
3.Erick Thohir Menteri, Bos BEI Harap IPO BUMN Makin Banyak
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap semakin banyak perusahaan pelat merah yang melantai di BEI pada pemerintahan Presiden Joko Widodo di periode keduanya.
"Harapan dari pihak bursa, dengan adanya kabinet baru, yang lebih pro kepada pasar modal misalnya dari perusahaan-perusahaan yang go public dari BUMN semakin banyak kedepannya," kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, dalam sesi diskusi bersama media di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (25/10/2019).
Sebelumnya, Inarno menyebut setidaknya akan ada lima perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak usahanya yang akan melantai di pasar modal pada 2020. Inarno menyebut pihaknya akan terus berkomunikasi dengan pemerintah melalui Kementerian BUMN terkait hal ini. Sebagai informasi, dalam Kabinet Indonesia Maju yang sudah dilantik, posisi Menteri BUMN ditempati oleh Erick Thohir.
4.Nadiem jadi Menteri, OJK Respons Soal Rencana IPO Gojek
Beberapa perusahaan rintisan (startup) dalam negeri, salah satunya Go-Jek, dikabarkan tengah mempertimbangkan rencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengaku sampai saat ini belum ada pembicaraan terkait hal tersebut kepada pihaknya.
"Gojek katanya mau listing, dual listing di Indonesia dan negara lain, itu baru rencana. Sekarang beliau [Founder Go-Jek Nadiem Makarim] jadi menteri. Jadi enggak? yah enggak tahu. Saya sih gak tahu, gak pernah bicara sampai sejauh itu," ungkapnya dalam sesi diskusi dengan media di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (25/10/2019).
Menurutnya, ada beberapa hal yang membuat startup cenderung menahan diri untuk melakukan pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), salah satunya terkait transparansi bisnis yang mempengaruhi persaingan antar startup.
"Ini dugaan saya, kalau startup itu sekarang IPO, kan jadi transparan. Padahal itulah kompetitif mereka, soal ranah bisnis mereka seperti apa," ujar Hoesen.
5.Penjualan Emas Melesat, Laba Antam di Q3 kok Turun 11%?
Emiten BUMN produsen emas dan nikel, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan laba bersih pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September 2019 mencapai Rp 561,19 miliar, atau amblas 11,08% dari periode yang sama tahun lalu Rp 631,13 miliar.
Kendati laba bersih turun, laporan keuangan Antam per September mencatat, penjualan Antam justru melesat 23% menjadi Rp 24,54 triliun dari periode yang sama sebelumnya Rp 19,95 triliun.
Manajemen Antam menegaskan komoditas emas masih menjadi komponen terbesar pendapatan Antam dengan kontribusi sebesar Rp 17,03 triliun atau 69% dari total penjualan bersih per September 2019. Penjualan emas Antam itu melesat 27% dari periode yang sama tahun lalu Rp 13,38 triliun.
(tas)https://ift.tt/2JrO9si
October 28, 2019 at 03:44PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Laba PTBA dan ANTM Turun, OJK Respons Rencana IPO Gojek"
Post a Comment