Pada Jumat (20/12/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.975 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat tipis 0,04% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah menutup pasar spot dengan membukukan pelemahan 0,07%. Mata uang utama Asia lainnya juga cenderung melemah, tetapi tipis-tipis saja. Oleh karena itu, rupiah pun menjadi salah satu mata uang terlemah di Benua Kuning.
Namun hari ini ada peluang rupiah bisa membalikkan kedudukan. Faktor domestik menjadi penyokong penguatan rupiah.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5%. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Tanpa penurunan suku bunga acuan, berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah (terutama yang berpendapatan tetap seperti obligasi) masih menarik. Saat ini imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun adalah 7,24%.
Meski yield obligasi Indonesia dalam tren turun, tetapi masih lebih seksi ketimbang negara-negara tetangga. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun di Malaysia adalah 3,391%, Singapura 1,722%, Thailand 1,595%, Filipina 4,492%, dan India 6,746%.
Oleh karena itu, arus modal sepertinya masih akan terus masuk ke Surat Berharga Negara (SBN). Capital inflows ini yang menjadi modal penguatan rupiah.
Selain itu, BI juga memberikan proyeksi yang lebih optimistis untuk 2020. Jika pertumbuhan ekonomi tahun ini diramal sekitar 5,1%, maka tahun depan berpeluang membaik ke kisaran 5,1-5,5%.
Kemudian pertumbuhan kredit yang tahun ini diperkirakan hanya sekitar 8%, tahun depan bisa membaik ke 10-12%. Saat kredit tumbuh lebih cepat, maka pertumbuhan ekonomi otomatis akan terangkat.
Proyeksi yang positif ini membuat investor optimistis dengan prospek perekonomian Tanah Air. Hasilnya, pelaku pasar masih berkenan untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
https://ift.tt/35Fxevp
December 20, 2019 at 03:21PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Isu Pemakzulan Trump Masih Ramai, Rupiah Malah Juara Asia!"
Post a Comment