Beberapa barang yang dibebaskan dari bea masuk di antaranya adalah empat produk kimia seperti metallocene high-density polyethylene (HDPE) dan grade khusus dari linear low-density polyethylene (LLDPE) dan produk minyak olahan yang mencakup minyak putih dan food-grade petroleum wax (lilin minyak bumi).
Langkah ini diumumkan beberapa hari setelah dua negara dengan ekonomi terbesar dunia itu mengumumkan kesepakatan perdagangan Fase 1.
"Pengecualian akan berlaku selama satu tahun sejak 26 Desember," tulis AFP, mengutip pernyataan Menteri Keuangan China, Jumat (20/12/2019). Namun ia tidak merinci nilai impor yang dikecualikan dari bea masuk itu.
Lebih lanjut, kementerian mengatakan bahwa tarif yang sudah diberlakukan pada produk AS tidak akan ditarik atau dihapuskan.
Kelly Cui, analis utama di lembaga konsultan Wood Mackenzie, mengatakan pengecualian pada produk kimia akan menguntungkan berbagai perusahaan seperti Dow Chemical Co, Exxon Mobil Corp dan Chevron Phillips Chemical Co. Perusahaan itu sejak 2017 lalu telah menambahkan fasilitas produksi shale-based ethylene dan menargetkan China sebagai pasar ekspor utama.
Cui menjelaskan, produk yang dibebaskan dari daftar, metallocene HDPE dan LLDPE, adalah bahan baku plastik kelas atas khusus yang digunakan untuk kemasan dan pipa. China adalah importir polietilen terbesar di dunia.
"Pengecualian bisa membuat China melanjutkan membeli lebih banyak HDPE dan LLDPE dari AS, membalikkan arus perdagangan, karena pasokan AS dialihkan ke Amerika Latin dan Eropa sementara China selama ini mengimpor sebagian besar dari Timur Tengah," kata Cui.
Ia mengutip China mengimpor sekitar 6,86 juta ton HDPE dan 4,46 juta ton LLDPE pada tahun 2018.
Impor ini memiliki nilai total gabungan sekitar US$ 14 miliar, menurut perhitungan Reuters berdasarkan biaya pengiriman untuk dua produk ini.
Untuk lilin minyak bumi, China mengimpor 1.108 ton dari AS atau hanya senilai US$ 3,2 juta dalam 10 bulan pertama tahun 2019. Jumlah itu sepersepuluh dari total impor produk China, menurut data bea cukai dan lembaga konsultasi China JLC Network Technology.
Sementara impor minyak putih dari AS berbobot sebanyak 3.490 ton atau hanya US$ 8,7 juta selama periode yang sama. Jumlah itu sekitar 6% dari total impor China.
Sebelumnya pada 6 Desember, China menghapuskan tarif impor untuk impor kedelai dan babi dari Amerika Serikat. Itu dilakukan sebelum kedua belah pihak mencapai kesepakatan perdagangan Fase 1, yang bertujuan untuk membatalkan pengenaan tarif yang sudah direncanakan AS akan diberlakukan pada 15 Desember.
China mengatakan akan terus mengupayakan lebih banyak pengecualian dan mengumumkannya pada waktu yang tepat.
Perang dagang AS-China yang berkepanjangan telah membuat pusing para pembuat kebijakan global karena dampaknya telah memperlambat pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia dan menekan investasi dan kepercayaan bisnis.
Bahkan, akibat perang dagang kedua negara, berbagai lembaga keuangan dunia telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun depan sebanyak beberapa kali.
Sebagai informasi, kesepakatan dagang Fase 1 yang sedang diupayakan oleh AS-China adalah hasil perundingan mereka pada Oktober lalu di Washington. Sebelumnya, ini diharapkan dapat ditandatangani paling lambat pada Desember ini. Namun pada Kamis, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa perjanjian perdagangan itu akan ditandatangani pada Januari.
Minggu lalu, perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer juga mengakui masih yang perlu disepakati dalam fase negosiasi berikutnya. Namun, ia tidak memberitahu kapan negosiasi selanjutnya dilakukan. Ia hanya mengatakan Presiden AS Donald Trump tidak ingin menunggu sampai setelah pemilihan presiden 2020 untuk menyelesaikan perjanjian yang lebih komprehensif.
(sef/sef)https://ift.tt/2Sa7i75
December 20, 2019 at 05:56PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ssst... Ada Kabar Baik Lagi dari Perang Dagang AS-China"
Post a Comment