Search

Jokowi Minta Ahok Berantas Mafia Migas, Siapa Sih Mafianya?

Jakarta, CNBC Indonesia- Berkali-kali Presiden Joko Widodo menyinggung soal masalah pelik yang membuat RI terus defisit, yakni impor minyak yang terus membengkak. Jokowi meyakini soal impor minyak ini tak lepas dari masih adanya mafia migas. 

Menurutnya, itu menjadi salah satu alasannya menempatkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di perusahaan tersebut.


Ini disampaikan Jokowi kepada wartawan usai menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah dan Silahturahmi Nasional Bank Wakaf Mikro di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (10/12/2019).

"Iya larinya ke situ," ujarnya menjelaskan inti pertemuan dengan Ahok dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Sebelumnya, Jokowi juga menyinggung oknum-oknum 'pengganggu'ini. Akhir November lalu, Jokowi menegaskan tak segan akan menggigit mereka yang menghalangi Indonesia kurangi impor minyak.

"Saya tahu yang impor siapa sekarang. Kalau ada yang mau ganggu pasti akan saya gigit orang itu. Enggak akan selesai kalau masalah ini tidak kita selesaikan," tegas Jokowi.

Jokowi berjanji akan memberantas para penyuka impor migas. Jokowi menyinggung soal masih ramainya impor minyak dan LPG. "Ada yang senang impor tapi tidak mau diganggu impornya. Baik itu minyak maupun LPG. Ini yang akan saya ganggu," kata Jokowi.

Siapa sih Mafia yang dimaksud oleh Jokowi?

Kata Mafia migas sendiri mulai naik daun begitu Jokowi dilantik menjadi Presiden pada 2014 lalu. Lewat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said pada saat itu, pemerintah membentuk Tim Tata Kelola dan Reformasi Migas yang digawangi oleh ekonom Faisal Basri.

Sejumlah pakar dan profesional bekerja di tim tersebut, lalu pelan-pelan menguak soal praktik mafia migas di tubuh BUMN terbesar RI yakni PT Pertamina (Persero). Sumber kekacauan, saat itu menurut Faisal, ada di anak usaha Pertamina yang bergerak di jual beli impor minyak yakni Petral.

Mengutip laporan Tim Reformasi Tata Kelola Migas yang dirilis 2015 lalu, berikut adalah riwayat lahirnya Petral:

Pada 1969, Pertamina dan satu "interest group" Amerika Serikat mendirikan Perta Group dengan tujuan memasarkan minyak mentah dan produk minyak Pertamina di pasar Amerika Serikat. Perta Group-yang memulai kegiatan perdagangan minyak.

Pada September 1998, Pertamina mengambil alih seluruh saham Perta Group. Pada Maret 2001, atas persetujuan pemegang saham, perusahaan berubah nama menjadi Pertamina Energy Trading Limited (PETRAL) yang berperan sebagai trading and marketing arm Pertamina di pasar internasional.

Petral mendirikan anak perusahaan berbadan hukum dan berkedudukan di Singapura bernama Pertamina Energy Services Pte Limited (PES) pada 1992 yang dibebani tugas melakukan perdagangan minyak mentah, produk minyak, dan petrokimia.

Pembentukan dan operasional Perta Group pada awalnya lebih diarahkan untuk pemasaran minyak bumi mengingat di masa itu Indonesia merupakan pengekspor neto (net exporter) minyak bumi dan masih menjadi anggota OPEC.

Peran Petral kemudian semakin menjadi-jadi begitu Indonesia menjadi net importir.

Perta Group yang kemudian diubah namanya menjadi Petral dengan PES sebagai anak perusahaannya tetap hanya sebagai trading arms dengan tambahan fungsi sebagai "agen pengadaan" minyak bumi dan BBM. Mengingat kebutuhan BBM Indonesia yang relatif sangat besar dan PES merupakan satu-satunya pihak yang ditunjuk sebagai penjual dan pembeli minyak mentah dan BBM, volume usaha PES semakin membesar.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2LI1cqu

December 11, 2019 at 04:44PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Jokowi Minta Ahok Berantas Mafia Migas, Siapa Sih Mafianya?"

Post a Comment

Powered by Blogger.