Search

Perbaiki Neraca Ini, Ucapkan Bye ke CAD! Bukan Migas Lho...

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) lumayan sering berkeluh-kesah mengenai sektor energi dan pertambangan. Eks Gubernur DKI Jakarta itu menyinggung soal nihilnya pembangunan kilang, impor minyak, impor produk petrokimia, sampai impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).

Mungkin ini ada hubungannya dengan kegundahan Jokowi sebelumnya yaitu soal defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Maklum defisit ini membuat Indonesia susah maju.


Transaksi berjalan adalah pos di neraca pembayaran yang mencerminkan pasokan valas ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dipandang lebih berjangka panjang ketimbang kamar sebelah yaitu transaksi modal dan finansial yang bisa datang dan pergi begitu saja karena didominasi oleh investasi portofolio di sektor keuangan (hot money).

Jadi kalau transaksi berjalan defisit, maka pasokan devisa untuk menopang fundamental nilai tukar mata uang menjadi lemah. Akibatnya mata uang cenderung rawan melemah.

Inilah yang terjadi di Indonesia. Sejak 2011, Indonesia belum lagi merasakan surplus transaksi berjalan. Rupiah pun menjadi cenderung melemah.

Indonesia menderita defisit transaksi berjalan sejak kuartal IV-2011. Dari situ hingga sekarang, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah sampai 53,29% secara point-to-point.

Bank Indonesia (BI) punya mandat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kala rupiah melemah, apalagi kalau sampai terlalu dalam, MH Thamrin tentu tidak akan berpangku tangan.

BI akan mengeluarkan berbagai upaya untuk stabilisasi mata uang, salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan. Ketika suku bunga naik, maka investasi portofolio alias hot money berdatangan karena memburu cuan. Diharapkan hot money dapat menutup 'lubang' yang menganga di transaksi berjalan, pasokan devisa meningkat, dan rupiah pun menguat.

Namun kenaikan suku bunga acuan bakal makan 'tumbal'. Suku bunga perbankan akan ikut naik, sehingga dunia usaha dan rumah tangga akan kesulitan mendapatkan pembiayaan untuk ekspansi. Investasi dan konsumsi melemah, pertumbuhan ekonomi pun melambat.


Jadi selama Indonesia mengidap defisit transaksi berjalan, maka pertumbuhan ekonomi sulit untuk dipacu lebih kencang. Jokowi tentu tidak senang akan hal ini.

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2Sc056G

December 20, 2019 at 04:15PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Perbaiki Neraca Ini, Ucapkan Bye ke CAD! Bukan Migas Lho..."

Post a Comment

Powered by Blogger.