Langkah itu diambil ketika raksasa elektronik Jepang tersebut berupaya untuk memangkas biaya dalam bisnisnya yang merugi.
Sony akan mengalihkan produksinya ke pabrik di Thailand dalam upaya menurunkan separuh biaya dan menjadikan bisnis smartphone menguntungkan pada April 2020, kata juru bicara itu. Ia mengatakan keputusan tersebut tidak terkait dengan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Bisnis ponsel pintar Sony adalah salah satu dari sedikit titik lemahnya dan bersiap untuk kehilangan 95 miliar yen (US$ 863 juta/Rp 12 triliun) untuk tahun fiskal yang berakhir di bulan ini.
 Foto: Peluncuran Sony Xperia1 (REUTERS/Rafael Marchante) |
Beberapa analis mengatakan Sony harus menjual bisnis tersebut di tengah persaingan harga yang ketat dengan para pesaing di Asia. Perusahaan ini memiliki pangsa pasar global kurang dari 1% dan hanya mengirimkan 6,5 juta unit di tahun keuangan ini, terutama untuk Jepang dan Eropa.
Tetapi Sony mengatakan tidak memiliki niat untuk menjual bisnisnya itu karena mengharapkan smartphone menjadi pusat teknologi untuk jaringan nirkabel generasi kelima, di mana mobil dan berbagai perangkat akan terhubung.
Di antara perusahaan elektronik Jepang, Fujitsu Ltd tahun lalu menjual bisnis ponselnya ke dana investasi Polaris Capital Group.
Dengan demikian, hanya ada tiga pembuat smartphone di Jepang, yaitu Sony, Sharp Corp dan Kyocera Corp, di pasar global yang didominasi oleh Apple Inc, Samsung Electronics Co Ltd, dan pesaing dari China yang lebih murah.
Samsung, akhir tahun lalu mengatakan akan menghentikan operasi di salah satu pabrik telepon selulernya di China karena penjualannya di pasar smartphone terbesar di dunia itu merosot. (prm)
https://ift.tt/2V3UNIQ
March 28, 2019 at 11:58PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Sony Tutup Pabrik di China dan Pindah ke Thailand, Kenapa?"
Post a Comment