Kenaikan harga SUN tak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga SUN tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR78 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield sebesar 5,5 basis poin (bps) menjadi 7,93%, semakin menjauhi level psikologis 8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Feb 2019
Seri | Jatuh tempo | Yield 19 Feb 2019 (%) | Yield 20 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 18 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.797 | 7.77 | -2.70 | 7.784 |
FR0078 | 10 tahun | 7.993 | 7.938 | -5.50 | 7.9634 |
FR0068 | 15 tahun | 8.297 | 8.274 | -2.30 | 8.2612 |
FR0079 | 20 tahun | 8.402 | 8.359 | -4.30 | 8.3861 |
Avg movement | -3.70 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 529 bps, menyempit dari posisi kemarin 533 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun tipis hingga 2,64% dari posisi kemarin 2,65%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun dengan tenor 5 tahun saja, di mana inversi berarti yaitu lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 19 Feb 2019
Seri | Benchmark | Yield 19 Feb 2019 (%) | Yield 20 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.429 | 2.456 | 3 bulan-5 tahun | -1 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.5 | 2.496 | 2 tahun-5 tahun | 3 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.47 | 2.464 | 3 tahun-5 tahun | -0.2 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.468 | 2.466 | 3 bulan-10 tahun | -18.7 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.645 | 2.643 | 2 tahun-10 tahun | -14.7 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 931,83 triliun SBN, atau 37,91% dari total beredar Rp 2.457 triliun berdasarkan data per 18 Februari.
Angka kepemilikan asing bertambah Rp 38,58 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami Brasil, Singapura, dan Afsel di mana sisanya masih terkoreksi.
Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar gilt di Inggris, pasar JGB di Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara | Yield 19 Feb 2019 (%) | Yield 20 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.91 | 8.81 | -10.00 |
China | 3.134 | 3.139 | 0.50 |
Jerman | 0.101 | 0.106 | 0.50 |
Perancis | 0.529 | 0.539 | 1.00 |
Inggris | 1.172 | 1.171 | -0.10 |
India | 7.577 | 7.58 | 0.30 |
Italia | 2.787 | 2.812 | 2.50 |
Jepang | -0.029 | -0.036 | -0.70 |
Malaysia | 3.881 | 3.895 | 1.40 |
Filipina | 6.449 | 6.449 | 0.00 |
Rusia | 8.28 | 8.33 | 5.00 |
Singapura | 2.137 | 2.125 | -1.20 |
Thailand | 2.49 | 2.5 | 1.00 |
Turki | 14.56 | 14.62 | 6.00 |
Amerika Serikat | 2.645 | 2.643 | -0.20 |
Afrika Selatan | 8.875 | 8.87 | -0.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)
https://ift.tt/2SeEeYq
February 20, 2019 at 05:29PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Reli Harga Obligasi RI Berlanjut karena Damai Dagang"
Post a Comment