Search

Trump Ngamuk! 'Hajar' DPR AS Jelang Pemakzulan

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dihadapkan pada jurang kekuasaan. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS tengah mengadakan pemilihan untuk menentukan apakah benar Trump menyalahgunakan kekuasaannya.

Dalam kesempatan itu, DPR yang diisi oleh 233 anggota Demokrat dan 197 anggota Republik, diharuskan untuk memberikan suara pada dua pasal pemakzulan. Kedua pasal itu yaitu penyalahgunaan kekuasaan dan obstruksi (menghalangi penyelidikan) kongres.


Apabila hasil menunjukkan Trump memang melakukan kesalahan, maka ia akan menjadi presiden ketiga di AS yang menghadapi pemakzulan alias impeachment.

Dalam keadaan genting ini, presiden kontroversial itu tidak bisa tenang di Gedung Putih. Trump berulang kali mengkritik DPR lewat akun Twitternya ketika anggota parlemen menyampaikan pidato untuk dan menentang pemakzulannya.

"INI ADALAH SEBUAH SERANGAN PADA AMERIKA, DAN SEBUAH SERANGAN PADA PIHAK REPUBLIK !!!!" tulis Trump Rabu (18/12/2019).

"Bisakah Anda percaya bahwa saya akan dimakzulkan hari ini oleh Radikal Kiri, Demokrat Yang Tidak Melakukan Apa-Apa, DAN SAYA TIDAK MELAKUKAN KESALAHAN APAPUN! Hal yang mengerikan."

Sebelumnya pada Selasa waktu setempat, Trump menulis surat khusus sepanjang enam halaman kepada Ketua DPR Nancy Pelosi sebagai respon atas pengumuman Pelosi yang mengatakan voting pemakzulan akan dilakukan.

"Impeachment ini menunjukkan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya dan penyalahgunaan kekuasaan yang tidak konstitusional oleh para anggota Demokrat, tak tertandingi di 250 tahun sejarah legislatif di AS," bunyi surat Trump itu, sebagaimana dilansir dari whitehouse.gov.

Sementara itu, Pelosi hanya menanggapi surat itu dengan dingin. "Surat itu benar-benar gila," kata wanita yang mengusung penyelidikan pemakzulan pada Trump itu. Dalam pidato pembukaannya, Pelosi juga terus menyerang Trump. Pelosi menyebut Trump sebagai ancaman bagi AS.

"Sungguh tragis bahwa tindakan sembrono presiden membuat pemakzulan penting," kata Pelosi, yang disambut dengan tepuk tangan meriah oleh sesama Demokrat.

"Dia tidak memberi kita pilihan," lanjut Pelosi. "Presiden adalah ancaman berkelanjutan bagi keamanan nasional kita, dan integritas pemilihan kita, dasar demokrasi kita."

Masih dari kubu Demokrat, anggota dari Massachusetts Lori Trahan juga setuju dengan pernyataan Pelosi. Trahan mengatakan kasus pemakzulan terhadap Trump sudah jelas.

"Faktanya hitam dan putih," kata Trahan. "Presiden Trump menyalahgunakan kekuasaan jabatannya untuk keuntungan pribadi dan politik dan kemudian dia menutupinya."

Namun begitu, Trump masih mendapat dukungan. Salah satunya adalah dari anggota parlemen dari Georgia Doug Collins yang mengatakan bahwa Trump tidak melakukan kesalahan. Lebih lanjut, Collins mengatakan Demokrat sedang berusaha untuk memakzulkan Trump karena mereka takut menghadapinya dalam pemilihan presiden November 2020.

"Mereka bilang kita tidak bisa mengalahkannya jika kita tidak memakzulkannya," katanya.


"Rakyat Amerika akan melihat ini."

Trump juga mendapat dukungan dari Debbie Lesko, seorang Republikan dari Arizona. Lesko mengatakan Trump adalah korban dari tindakan kecurangan yang paling tidak adil dan bias secara politis.

"Tidak ada bukti, tidak ada, bahwa presiden telah melakukan pelanggaran yang tidak dapat dimaafkan," kata Lesko.

Perpecahan yang terjadi di antara para pejabat AS juga terlihat dari hasil jajak pendapat yang dihimpun Fox News. Diketahui dalam jajak pendapat itu 50% responden mendukung pemakzulan dan mengeluarkan Trump dari Gedung Putih. Sementara hanya 41% yang menentang pemakzulan.

Sedangkan dalam jajak pendapat CNN, 45% mengatakan Trump harus dimakzulkan dan dilengserkan dari jabatannya, dan 47% menentang pemakzulan.

Proses penyelidikan pemakzulan Trump sudah berlangsung tiga bulan terakhir. Penyelidikan pemakzulan dilakukan karena Trump dianggap menyalahgunakan kekuasaan terkait skandal dengan Presiden Ukraina Zelensky.

Seperti diketahui, pada 25 Juli lalu Trump melakukan panggilan telepon dengan Zelensky. Dalam kesempatan itu Trump meminta Zelensky melakukan penyelidikan yang menargetkan Joe Biden dan putranya Hunter Biden. Joe Biden merupakan mantan presiden di era Barack Obama. Perwakilan utama dari Demokrat itu berniat melenggang ke pemilu presiden 2020 melawan Trump.

Disebutkan bahwa dalam kesempatan itu, Trump menjadikan dana bantuan keamanan untuk Ukraina yang senilai hampir US$ 400 juta sebagai tawaran untuk menekan Zelensky agar mau menuruti permintaan Trump. Banyak pihak percaya alasan Trump melakukan ini adalah untuk memastikan kemenangannya di pemilu tahun depan.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/36RBEiC

December 19, 2019 at 02:31PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Trump Ngamuk! 'Hajar' DPR AS Jelang Pemakzulan"

Post a Comment

Powered by Blogger.