Search

Terpuruk! Harga Batu Bara Makin Tak Bertenaga Jelang Liburan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ditutup melemah pada hari penutupan perdagangan Jumat pekan kemarin. Jumat (20/12/2019), harga batu bara kontrak berjangka ICE Newcastle ditutup di level US$ 66,5/ton atau turun 1,117% dibanding periode sebelumnya.

Tahun ini menjadi tahun kelabu bagi komoditas batu bara. Sejak awal tahun, harga batu bara melorot lebih dari 30%. Harga menyentuh titik terendah pada 28 Agustus di level US$ 63,1/ton.

Jelang akhir tahun pengiriman batu bara juga menurun, tercermin dari penurunan Indeks Baltic Capesize pekan lalu. Indeks Baltic Capesize mengalami penurunan sebesar 127 poin atau terpangkas 6% ke level 1.976 dan merupakan level terendah dalam enam bulan


Capesize merupakan kapal tanker dengan kapasitas mencapai 170.000-180.000 ton yang mengangkut komoditas seperti bijih besi dan batu bara. Indeks Capesize mengukur aktivitas pengiriman batu bara maupun bijih besi menggunakan jalur laut.

Pendapatan rata-rarta per hari kapal Capesize juga mengalami penurunan hingga US$ 1.120 menjadi US$ 14.575. melansir Reuters, perdagangan batu bara di kawasan Pasifik akhir-akhir ini tidak terlalu aktif jelang akhir tahun.

Menurut kajian Refinitiv, produksi baja di China diperkirakan menurun. China merupakan negara penghasil baja terbesar di dunia. Pada 2018 saja produksi baja kasar (crude steel) mencapai 1,8 miliar ton atau setara dengan 51,3% dari total produksi dunia.

Dalam pembuatan baja, bahan bakar yang digunakan dalam tanur adalah batu bara. Ketika produksi batu bara China yang notabene terbesar di dunia diramal turun maka permintaan batu bara juga ikut terimbas.

Pelemahan permintaan baja untuk pembangunan infrastruktur dan sektor manufaktur masih di bawah ekspektasi pasar, mengingat belum adanya investasi bernilai besar untuk kedua sektor tersebut.


Pemangkasan produksi yang terjadi di pabrik baja di Hebei untuk mengontrol polusi pekan lalu berpotensi besar menyebabkan perlambatan permintaan batu bara.

Kajian lain yang dilakukan oleh Mirae Asset Sekuritas, menunjukkan bahwa produksi besi Jepang untuk bulan November diperkirakan menurun mengingat secara historis, produksi bulan November lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Namun berbicara prospek tahun depan, Internasional Energy Agency (IEA) meramal bahwa permintaan batu bara hingga 2024 masih akan stabil. Penurunan konsumsi batu bara AS dan Eropa akan diimbangi oleh kenaikan permintaan dari kawasan Asia salah satunya Jepang.

Jepang diperkirakan melakukan peningkatan sistem keamanan untuk pembangkit listrik tenaga nuklirnya. Setidaknya ada empat reaktor yang tidak beroperasi. Artinya dari 9 yang dimiliki Jepang, hanya 5 yang beroperasi. Hal tersebut membuat impor batu bara Jepang berpotensi naik.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(twg/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2PP1qi8

December 23, 2019 at 06:05PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Terpuruk! Harga Batu Bara Makin Tak Bertenaga Jelang Liburan"

Post a Comment

Powered by Blogger.