
Hingga pukul 09:30 WIB, harga emas kontrak April masih terkoreksi sebesar 0,12% ke level US$ 1.297,6/troy ounce, setelah juga amblas 1,28% pada perdagangan akhir pekan lalu (1/3/2019).
Selama sepekan, harga emas telah berkurang 2,24% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga logam mulia ini masih tercatat naik 1,27%.
Damai dagang Amerika Serikat (AS)-China yang sudah semakin dekat membuat investor makin enggan untuk bermain aman. Investasi pada instrumen beresiko seperti saham menjadi lebih menarik, mengingat keuntungannya lebih besar ketimbang berlama-lama menahan emas.
Bahkan Wall Street Journal pada hari Minggu (3/3/2019) mengabarkan bahwa Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping kemungkinan akan menandatangani kesepakatan pada sebuah pertemuan di sekitar 27 Maret.
Sebelumnya, Trump telah meminta China untuk segera menghapus bea impor produk-produk agrikultur asal AS melalui tulisan di akun twitter pribadinya.
"Saya sudah meminta China untuk segera menghapus bea masuk produk-produk agrikultur kami (termasuk daging sapi, daging babi, dan sebagainya), karena perundingan dagang berjalan dengan sangat baik dan saya tidak menaikkan tarif bea masuk menjadi 25% pada 1 Maret. Ini sangat penting untuk petani kami, dan saya!" cuit Trump di Twitter pada hari Sabtu (2/3/2019).
Namun demikian, permintaan emas di India meningkat akibat turunnya harga emas lokal, membuat pelemahan harga emas mendapat sedikit tahanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
https://ift.tt/2UeBGvm
March 04, 2019 at 04:42PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Setelah 5 Hari Melemah, Harga Emas Masih Betah di Zona Merah"
Post a Comment