Search

Mengawali Desember, IHSG Siap Ngegas atau Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 58 poin atau 0,99% ke level 6.011 pada perdagangan hari Jumat (29/11/2019). Pergerakan IHSG di penghujung November tersebut berlawanan dengan penutupan pasar di bursa-bursa utama Asia.

Indeks Nikkei 225 minus 0,49%, Hang Seng anjlok 2,03%, Shanghai komposit turun 0,61%, dan Strait Times merosot 0,21%. tetapi untuk perdagangan hari ini Senin (2/12/2019), Tim Riset CNBC Indonesia memperkirakan IHSG akan kembali ditutup menguat secara terbatas. Rentang perdagangannya berpotensi pada level 6.000 hingga 6.080.

Dari bursa saham Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama ditutup dengan pelemahan akhir pekan lalu. Dow Jones turun 112 poin atau 0,4% menjadi 28.051. Sementara indeks S&P 500 turun 12 poin atau 0,4% menjadi 3.140 sementara Nasdaq kehilangan 39 poin atau 0,46% atau menjadi 8.665.


Pelaku pasar Wall Street khawatir akan serangan balasan dari China setelah Presiden Trump menandatangani Undang-undang (UU) penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). Salah satu poin dalam UU tersebut adalah pemberian sanksi bagi pejabat China yang terbukti melakukan pelanggaran HAM di wilayah Hong Kong.

"Saya meneken UU ini sebagai bentuk respek kepada Presiden Xi (Jinping), China, dan rakyat Hong Kong. UU ini disahkan dengan harapan pemimpin dan perwakilan China di Hong Kong dapat mengatasi perbedaan serta menciptakan perdamaian dan kemakmuran bagi semua," kata Trump melalui keterangan tertulis.

Kementerian Luar Negeri China menegaskan penolakan terhadap UU yang baru diteken Trump. Beijing menilai upaya AS mengintervensi urusan rumah tangga China akan gagal.

"Pemerintah China akan membalas jika AS terus melakukan hal semacam ini. AS adalah pihak yang harus bertanggung jawab," tegas pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China, seperti diberitakan Reuters.

Dari dalam negeri, pelaku pasar hari ini akan dihadapkan data inflasi yang diumumkan Badan Pusat Statistik pada pukul 11:00 WIB. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi November adalah 0,2% secara month-on-month (MoM) dan 3,065% year-on-year (YoY). Sementara inflasi inti diramal 3,16% YoY.

Konsensus tersebut menunjukkan terjadi perlambatan laju inflasi. Pada September, BPS mencatat inflasi sebesar 0,02% MoM, 3,13% YoY, dan inflasi inti 3,2% YoY.

Sementara itu, saham-saham unggulan di sektor konsumer tampak mulai bangkit memasuki bulan Desember tahun ini. Indeks sektor konsumer di bursa menguat 0,64% pada perdagangan Jumat (29/11/2019) dan membantu penguatan IHSG.

Secara teknikal, IHSG mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya dengan keluar dari tekanan. Indeks terlihat mulai keluar dari level jenuh jualnya (oversold) berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).

Investor terlihat mulai masuk pasar. Volume transaksi perdagangan terlihat meningkat menjadi Rp 7,21 triliun, naik dibandingkan transaksi hari Kamis (28/11/2019) yang hanya sebesar Rp 6 triliun.

Namun demikian, IHSG masih perlu membuktikan potensi penguatannya tersebut karena masih bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhirnya (moving average/MA5). Level 6.000 masih cukup mumpuni dijadikan patokan pergerakan IHSG hari ini.

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(yam/yam)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/33GfVZ0

December 02, 2019 at 03:44PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mengawali Desember, IHSG Siap Ngegas atau Loyo?"

Post a Comment

Powered by Blogger.