Negeri panda ini juga berambisi menjadi ekonomi terbesar pertama di dunia, mengalahkan Amerika Serikat (AS).
Hal itu terjadi sekarang. Meski belum mengalahkan AS, saat ini China adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Kondisi ekonomi negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini juga kuat meski sedang mengalami tekanan akibat meningkatnya berbagai tantangan. Termasuk perang dagang dengan AS yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir.
Lalu apa sebenarnya resep China?
Sejak akhir 1970-an pemerintah China telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ekonominya. Termasuk membuat perencanaan pusat yang agresif, memanfaatkan keunggulan tenaga kerja yang murah, mendevaluasi mata uang, dan mengembangkan sistem pabrik yang kuat untuk menyebarkan produknya ke seluruh dunia.
Rencana terstruktur ini berhasil. Saat ini PDB negara adalah sebesar US$ 13,1 triliun atau sekitar Rp 184 ribu triliun (estimasi kurs Rp 14.000/dolar).
Memasuki 2020, banyak pihak pun memproyeksikan China akan berhasil mencapai target untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga dua kali lipat. Terutama apabila China mencatatkan pertumbuhan 6% pada tahun depan.
"Ke depan, China akan terus menjadi sangat kompetitif," kata Michael Yoshikami, pendiri Destination Wealth Management sebagaimana ditulis CNBC International.
"China masih akan menjadi pemain global. Tapi itu masalah mengelola ekspektasi relatif terhadap apa yang Anda pikir akan terjadi."
Hal senada juga dikatakan ekonom Morgan Stanley,dalam salah satu laporannya. Hal yang bisa dilakukan China agar bisa mencapai targetnya adalah dengan memanfaatkan penduduknya yang sangat padat.
"Kami percaya jawaban atas tantangan ini adalah fase baru urbanisasi dengan potensi untuk menciptakan peningkatan produktivitas dengan memfasilitasi pergerakan perusahaan dan pekerja yang lebih bebas sambil menghasilkan sinergi antara beragam industri," kata ekonom Morgan Stanley dalam sebuah laporan.
China diperkirakan akan memiliki lebih banyak 'supercities' dalam beberapa tahun ke depan. Diperkirakan akan ada sekitar 23 dari supercities di China, yang memiliki populasi lebih besar dari New York.
Saking besarnya, meski jika hanya lima supercities digabungkan, maka akan mampu menampung 120 juta orang.
Lebih lanjut, China juga banyak berinvestasi dalam teknologi fifth generation atau 5G sebagai bagian dari upaya modernisasi dan urbanisasi.
"Tujuannya adalah untuk membuat rumah terhubung sehingga mereka sangat terotomatisasi, sementara siswa dapat menggunakan pembelajaran realitas virtual untuk membantu segala hal mulai dari bimbingan online hingga pekerjaan rumah, tulis CNBC International mengutip Morgan Stanley.
Morgan Stanley mengatakan beberapa sektor yang menjadi tujuan investasi menarik di China saat ini di antaranya adalah infrastruktur teknologi, Internet of Things dan perangkat lunak.
Sementara J.P. Morgan Chase mengatakan pertumbuhan China akan berkembang dalam sektor lainnya, khususnya real estat, industri dan perawatan kesehatan.
Namun begitu, Yoshikami, investor Destination Wealth Management menyebut beranggapan bahwa berinvestasi di China merupakan hal yang berbahaya mengingat negara ini masih memiliki berbagai masalah yang sebagian besar masih belum terselesaikan.
"Berinvestasi di China adalah permainan yang berbahaya, karena mereka berada di antara menjadi pasar berkembang dan pasar maju," katanya. "Saya tidak yakin penilaiannya layak pada saat ini."
(sef/sef)
https://ift.tt/2sZQrJA
December 25, 2019 at 04:54PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Cara China Maju, Jadi Ekonomi Terbesar ke-2 Dunia"
Post a Comment