Search

Harga Emas Ogah Turun, Malah Bisa Melesar Lagi Tahun Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas di pasar spot cenderung tak banyak bergerak pada perdagangan pagi ini. Walau Amerika dan China telah mencapai kesepakatan dagang fase-I, nyatanya harga emas enggan beranjak dari levelnya sekarang.

Selasa (17/12/2019), harga emas berada di level US$ 1.475,26/troy ons atau melemah tipis 0,05% dibanding harga penutupan perdagangan kemarin. Pekan lalu pasar dihebohkan dengan kabar bahwa AS dan China telah mencapai kesepakatan dagang fase-I setelah 17 bulan terlibat dalam konflik.

Melansir Reuters, China sepakat akan mengimpor produk dan jasa Amerika senilai US$ 200 miliar dalam dua tahun ke depan. Beijing berkomitmen akan membeli produk pertanian AS tambahan hingga US$ 32 miliar dalam dua tahun.


Artinya Negeri Panda akan membeli produk pertanian AS seperti gandum, jagung dan padi serta produk lain senilai US$ 16 miliar dalam setahun. Atas komitmen tersebut AS menangguhkan tarif baru yang akan dikenakan pada 15 Desember kemarin. Tak hanya itu AS juga mengurangi tarif lainnya.

Dokumen kesepakatan dagang setebal 86 halaman tersebut direncanakan akan ditandatangani pada minggu awal Januari di Washington oleh kedua kepala negosiator masing-masing negara.

"Kita telah menyepakati perjanjian perdagangan tahap pertama yang sangat signifikan dengan China" kata Presiden AS Donald Trump melalui akun twitternya.

Kesepakatan dagang yang dicapai oleh kedua pihak ternyata tidak membuat tekanan jual pada logam mulia ini. Seolah enggan bergerak, harga emas masih berada di level US$ 1.475/troy ons masih jauh lebih tinggi dibanding awal tahun maupun awal semester II-2019.

"Pasar tidak memiliki keyakinan untuk mendorong bullion lebih rendah karena masih ada kekhawatiran tentang kesepakatan ini terutama terkait seberapa banyak perjanjian fase satu ini dapat mengurangi pada ekonomi global menuju 2020," kata analis pasar FXTM Han Tan.

"Kekhawatiran keseluruhan ini masih menjaga harga emas relatif tinggi." Tambahnya, melansir Reuters.

Hal tak terduga lainnya adalah, tiga lembaga perbankan global malah memprediksi harga emas akan menyentuh level US$ 1.600/troy ons pada 2020. Tiga lembaga ini adalah Goldman Sachs, UBS dan Citigroup.

Goldman Sachs meramal harga emas akan tembus ke level US$ 1.600/troy ons karena ketika perekonomian global bangkit maka yang terjadi adalah penguatan mata uang utama lain terhadap dolar AS. Goldman memprediksi mata uang negara berkembang akan menguat melawan dolar.

[Gambas:Video CNBC]


Ketika mata uang lain menguat di hadapan dolar, maka harga emas menjadi lebih menarik untuk dibeli. Pasalnya harga emas dibanderol dalam mata uang dolar AS, sehingga jika dolar melemah maka harga emas cenderung menjadi lebih murah.

UBS Group juga meramalkan hal yang sama. UBS mengatakan adanya pemilu AS tahun 2020 dapat memicu terjadinya volatilitas di pasar keuangan. Hal itu diakibatkan karena perilaku Presiden AS Donald Trump yang sering berubah-ubah dan membuat ketidakpastian.

Mengutip Bloomberg, Direktur Citigroup Akash Doshi mengatakan peluang The Fed menaikkan suku bunga di tahun depan kecil, pertumbuhan ekonomi global masih akan menurun, inflasi masih lemah dan perang dagang sepertinya masih akan berlangsung.



Oleh karena itu The Fed kemungkinan memangkas suku bunga di tahun depan. Pemangkasan suku bunga tentunya akan berdampak positif bagi emas. Doshi memprediksi harga rata-rata emas dunia berada di level US$ 1.575/troy ons, dan berpotensi ke atas US$ 1.600/troy ons di akhir 2020.

TIM RISET CNBC INDONESIA (twg/twg)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/35uYyft

December 17, 2019 at 05:00PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Emas Ogah Turun, Malah Bisa Melesar Lagi Tahun Depan"

Post a Comment

Powered by Blogger.