Saat ditemui oleh CNBC Indonesia, pria asli Brebes ini sedang melayani beberapa pelanggan ciliknya dan juga pesanan beberapa remaja dan orang tua di sana. Ia melayani dengan cekatan. Bahkan saat sedang memasak maklor dan milor, tidak jarang ia bercanda dengan mereka.
Mengenai dagangannya ini, Setiaci mengatakan ia baru sekitar 8-9 bulan berjualan maklor dan milor di depan sekolah dasar tersebut. Sebelumnya ia berjualan rujak ulek dan serut. Sebelum berjualan rujak ulek dan serut, ia juga sempat berjualan cilok dengan mengikuti bos, namun karena tak tahan disuruh-suruh, akhirnya ia berhenti bekerja 6 bulan kemudian.
"Intinya nyari jualan yang rame doang sih. Kebanyakan kalau monoton itu-itu doang, kadang kan hasilnya enggak mencukupi," ujar Setiaci ketika ditanya alasan mengenai akhirnya berjualan maklor dan milor.
Saat ditanya mengenai pendapatan antara jualan maklor dan milor dengan rujak ulek dan serut, tanpa berpikir panjang ia menjawab, "Rujak lah! 70% lebih besar penghasilan rujak. Kalau Maklor ya lumayan."
Sedangkan untuk budget jualan maklor sendiri, Setiaci mengatakan dari awal ia hanya mengeluarkan sekitar Rp 1,5 juta untuk membeli gerobak dan bahan-bahan awal. "Kalau belanja normal bahan-bahan harian sama bumbu-bumbu Rp 150 ribu abis lah," paparnya.
Namun belanja Rp 150 ribu tersebut dihitung per 3 hari. Setiaci mengatakan ia berbelanja bahan seperti bumbu-bumbu, makaroni, mie telur, telur, minyak, dan lainnya tiga hari sekali. Jadi disimpulkan bahwa modal per hari yang ia harus keluarkan hanya Rp 50 ribu.
"Saya enggak belanja bumbu tiap hari. Yang tiap hari dibeli paling makaroni 1 kilo dan mie telor 1 bal (1 bungkus besar). Telur juga sekilo aja," jelasnya.
Untuk bumbu, Setiaci mengatakan ia membuatnya sendiri. Ketika berbelanja, ia hanya membeli beberapa bumbu mentah yang nantinya akan dicampur. "Total Rp 40 ribu harga bumbu buat 3 hari jualan. Kita beli per 3 hari karena ukuran bumbu yang dibeli cukup buat segitu. Kalau beli tiap hari mah boros," papar Setiaci.
Lebih lanjut soal keuntungan, Setiaci mengatakan dalam sehari ia bisa mendapatkan Rp 400 ribu. "Tapi ini kalau makaroni dan mie telor habis semua dalam sehari. Beli bahan Rp 150 ribu per 3 hari, bisa dapat Rp 400 ribu sehari kalau semua bahan habis. Kalau enggak habis, paling dapat separonya sekitar Rp 200 ribuan," lanjutnya.
Jika dihitung, keuntungan Setiaci berjualan ini adalah Rp 350 ribu per hari. Namun keuntungan ini tidak hanya digunakan untuk menghidupi anak dan istri, tetapi sebagian keuntungan disimpan untuk membangun jualan lainnya.
Sedangkan untuk omzetnya sendiri, Setiaci bisa mendapatkan Rp 9,6 juta dengan asumsi berjualan selama 24 hari dalam sebulan.
https://ift.tt/2reeTX4
December 22, 2019 at 06:56PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gokil! Cuma Dagang Maklor, Setiaci Cuan Rp 9,6 Juta/Bulan"
Post a Comment