The Fed, pekan lalu memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya dan memperkirakan akan melakukannya sepanjang tahun ini. Bank sentral juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS.
Keputusan yang diambil bank sentral itu diikuti oleh inversi kurva imbal hasil obligasi negara AS, yang dipandang sebagai indikator awal resesi.
"Saya pikir dampak The Fed terhadap pasar di Asia saat ini akan jauh lebih kecil daripada pembicaraan yang sekarang terjadi di Beijing," kata Neil Hosie, kepala ekuitas Credit Suisse untuk Asia Pasifik, pada Credit Suisse Asian Investment Conference di Hong Kong, seperti dilansir dari CNBC International.
Para negosiator dari AS dan China dijadwalkan bertemu di Beijing untuk putaran pembicaraan berikutnya, Kamis. Setelah itu, kedua belah pihak diperkirakan akan mengadakan pertemuan di Washington pada 3 April.
![]() |
Dua ekonomi terbesar di dunia itu sedang menegosiasikan kesepakatan perdagangan setelah saling mengenakan bea impor tahun lalu.
Bursa saham China telah mencatatkan kinerja terbaik di Asia tahun ini setelah sempat babak belur pada 2018. Shanghai Composite melonjak 21,21% sepanjang tahun ini, sementara indeks Shenzhen naik 30,51%.
Sebagian peningkatan itu karena optimisme investor bahwa ketegangan antara AS dan China tidak akan memburuk, kata Hosie.
"Reli yang telah kita lihat di ekuitas China tahun ini sebagian karena optimisme akan adanya hasil baik (pada perdagangan), tetapi juga didorong oleh valuasi," katanya,. Ia menambahkan bahwa saham China diperdagangkan "jauh di bawah valuasi historikal mereka" yang membuat harganya menarik.
"Saya pikir kita ada pada titik di mana pembicaraan perdagangan sangat penting, dan setiap kejutan pada posisi pembicaraan perdagangan itu dapat menyebabkan sedikit pelemahan," kata Hosie. (prm)
https://ift.tt/2V26gbI
March 28, 2019 at 09:46PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ini Dampak Nego Dagang AS-China terhadap Bursa Saham Asia"
Post a Comment