Search

Politik tak Pasti, Jangan Ragu untuk Diversifikasi Investasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Para investor disarankan untuk melakukan strategi investasi melalui diversifikasi portofolio dalam menghadapi ketidakpastian menjelang pemilihan umum legislatif dan presiden. Selain itu, investor juga disarankan untuk memperhatikan profil risiko sebelum memilih jenis investasi.

Hal tersebut disampaikan oleh Investment & Insurance Sales Head Bank Mega Abraham Ara dan Head of Sales & Distribution Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya dalam acara Investime di CNBC Indonesia, Rabu (27/3/2019).

Abraham Ara mengatakan jika ingin investasi di Bank Mega, nasabah wajib mengisi pertanyaan tentang profil risiko. Dari sanalah akan diketahui profil risiko untuk diarahkan dengan perencana finansial Bank Mega.


Pasalnya, terkadang di sebuah perkumpulan terjadi ikut-ikutan dalam investasi. Hal ini terjadi pada investasi emas, reksa dana ataupun saham.


"Jangan sampai, ada kejadian kalau pertama kali investasi latah, jadi disamain tanpa melihat risk profile, itu yang terjadi di Indonesia dan pada generasi milenial," kata Ara dalam CNBC Indonesia TV, Kamis (29/03/2019).

Generasi milenial pun, terkadang menurutnya cenderung ikut-ikutan dalam berinvestasi tanpa mempertimbangkan profil risiko. Untuk itu, Ara menegaskan hal tersebut dihindari ketika bergabung di investasi Bank Mega. Profil risiko investor benar-benar menjadi pertimbangan dalam pemilihan produk investasi.

"Ada kelompok arisan yang ketika temannya beli saham, mereka ikut-ikutan, kemudian beberapa bulan kemudian saya tanya setengahnya, mereka kapok. Kami tidak mau seperti itu terulang sama nasabah. cek dulu risk profile cocok apa tidak," kata Ara.

Sementara itu, Head of Sales & Distribution Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya mengatakan dengan melihat fundamental ekonomi Indonesia, ada tiga hal yang harus diperhatikan.

Pertama stabilitas rupiah sudah membaik. Kedua, tekanan inflasi sangat rendah, dan ketiga suku bunga yang cenderung flat, dan ada potesi penurunan.

Dari sana menurut Steven, obligasi terutama milik pemerintah bisa jadi set yang menarik.

"Obligasi pemerintah bisa jadi aset yang dipertimbangkan investor, dan yang diuntungkan juga adalah pemerintah," kata Steven.

Sementara jika bicara saham, yang patut diperhitungkan sebagai diversifikasi adalah reksa dana saham. Steven menilai reksa dana saham menjadi menarik karena memiliki portofolio yang diracik oleh manajer investasi secara tepat untuk menghadapi siklus yang dihadapi.

"Misalnya pemilu ini kami bicara ada sektor yang akan diuntungkan, seperti consumer, dan industri yang berkaitan erat dengan pemilu. Tapi kami juga bersikap waspada dan defensif dan tentunya di reksa dana kami meningkatkan alokasi cash," jelas Steven.

Meski demikian Ashmore tidak sampai menyentuh titik bearish. Steven menegaskan, pihaknya tetap waspada namun tidak melewatkan kesempatan. Diversifikasi dan penerapan sektor dan aset kas menjadi hal yang tepat, sangat penting untuk menghadapi ketidakpastian.

"Kalau bicara yang paling aman relatif, seluruh investasi mengandung resiko. Investasi yang paling aman dalam perspektif kami, kami punya pasar uang, satu produk yang hampir tidak ada fluktuasi tapi bukan berarti tidak mengandung risiko," kata Steven.

Berinvestasi di obligasi pemerintah, menurut dia termasuk pada safe heaven. Apalagi pemerintah Indonesia, sudah masuk pada investment grade dan memiliki likuiditas yang baik di pasar obligasi sebesar Rp 2.000-3.000 triliun. Yang terpenting menurutnya, investor harus berani mengambil keputusan.

"Obligasi pemerintah menarik dan dikategorikan aman," kata dia.

Saksikan Video Investasi Menarik pada Tahun Politik

[Gambas:Video CNBC]
(dob)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2JLYn9i

March 30, 2019 at 12:07AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Politik tak Pasti, Jangan Ragu untuk Diversifikasi Investasi"

Post a Comment

Powered by Blogger.