Search

Laba Charoen Melesat 82%, Ternyata Ini Faktor Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pakan ternak dan perunggasan (poultry) dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), membukukan laba bersih sebesar Rp 4,55 triliun, melesat 82,11% year-on-year (YoY) dari tahun 2017 sebesar Rp 2,5 triliun.

Kinerja ini tentunya menguntungkan bagi investor yang menanamkan sahamnya di CPIN. Dengan laba yang meroket, alhasil, laba per saham yang dapat didistribusikan oleh CPIN naik menjadi Rp 278/saham dari yang sebelumnya Rp 153/saham.

Pencapaian laba bersih perusahaan tidak terlepas dari peningkatan penjualan yang tumbuh 9,3% YoY menjadi Rp 53,96 triliun dari yang sebelumnya Rp 49,37 triliun.

Namun semestinya, kenaikan penjualan CPIN tahun lalu tidak sebesar pertumbuhan di tahun 2017 dan 2016 yang berhasil naik masing-masing 29,04% YoY dan 27,07% YoY.


Jika dirinci, sumber pendapatan terbesar perusahaan, yaitu penjualan pakan ternak, hanya berhasil tumbuh 6,28% YoY menjadi Rp 25,79 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan tahun 2017 sebesar 8,61% YoY.

Selain itu, peningkatan pada penjualan ayam pedaging juga tidak sepesat di tahun 2017.

Penjualan ayam pedaging di tahun 2018 hanya naik 10,35% YoY menjadi Rp 15,78 triliun. Padahal di tahun 2017, penjualan ayam pedaging meroket hingga 136,9% YoY.

Akan tetapi, besar kemungkinan, meroketnya penjualan ayam pedaging pada tahun 2017 dikarenakan CPIN masih dalam tahap ekspansi bisnis besar-besaran untuk budi daya ayam pedaging melalui pembentukan jaringan peternak ayam. Alhasil pertumbuhan tahun 2017 bisa dikatakan outliers (anomali).

Lebih lanjut, tampaknya pertumbuhan penjualan CPIN tahun lalu lebih disokong oleh sektor usaha anak ayam sehari (day old chicks/DOC) yang naik signifikan sebesar 26,8% YoY menjadi Rp 6,23 triliun. Terlebih lagi, sektor usaha DOC juga memiliki margin laba kotor yang paling besar, yaitu 35,47%.

Di lain pihak, pencapaian laba bersih tahun lalu juga berhasil dicapai dengan menekan pos-pos pembiayaan, terutama total biaya produksi.

Proporsi beban pokok terhadap total penjualan tahun 2018 hanya ada di level 83,07% menjadi Rp 44,82 triliun, hanya naik 3,95% YoY dari tahun 2017 yang sebesar Rp 43.37 triliun.

Terlebih lagi, perusahaan tidak hanya menekan proporsi beban pokok, tapi juga beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban keuangan.

Penekanan pada pos beban, atau bisa dibilang aksi efisiensi biaya inilah yang mendukung tercapainya pertumbuhan laba bersih hingga 82,11% YoY.

Di akhir periode 2018, total aset perusahaan naik hingga Rp 27,65 triliun dari yang sebelumnya selalu berada di kisaran Rp 24 triliun (tahun 2015-2017). Total aset lancar CPIN tercatat sebesar Rp 14,1 triliun, sedangkan total aset tidak lancar senilai Rp 13,55 triliun.

Akan tetapi, liabilitas perseroan pada 2018 turun menjadi Rp 8,25 triliun, dari akhir 2017 yang sebesar Rp 8,82 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 2,73 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 3,52 triliun.

Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai Rp 19,38 triliun dari sebelumnya Rp 15,68 triliun. Pertumbuhan total ekuitas tercapai karena saldo laba yang ditahan pada tahun 2018 berhasil naik Rp 3,68 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2VcmHCw

April 01, 2019 at 08:46PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Laba Charoen Melesat 82%, Ternyata Ini Faktor Pemicunya"

Post a Comment

Powered by Blogger.