Dilansir dari CNN Internasional, penutupan ribuan gerai itu akan berdampak pada nasib 16 ribu pegawai. Penutupan gerai berlangsung Maret dan berakhir pada Mei mendatang.
Payless menyusul ritel-ritel besar lain yang mengajukan pailit. Sebelumnya sudah ada Radioshack, American Apparell, dan Gymboree yang alami nasib serupa.
Sebelumnya, Payless masih mencoba bertahan dan meyakini investornya bahwa bisnis mereka bisa menguntungkan kembali usai bangkit dari kebangkrutan.
"Tapi rencana-rencana bisnis itu hanya meyakinkan di atas kertas. Kenyataannya jika ada masalah fundamental di mana konsumen memiliki pandangan berbeda dengan gerai ritel, pailit tidak mampu selesaikan masalah," ujar Analis Senior Debtwire Philip Emma.
Payless memiliki terlalu banyak utang, terlalu banyak toko, dan terlalu banyak overhead perusahaan ketika mencoba bangkit dari kebangkrutan sebelumnya, menurut Stephen Marotta, yang bulan lalu ditunjuk sebagai kepala petugas restrukturisasi perusahaan untuk mempersiapkan proses pailit.
Payless juga mengalami serangkaian masalah yang menggagalkan rencananya. Masalah sistem komputer merusak penjualannya ke sekolah tahun lalu, dan itu membawa terlalu banyak persediaan untuk musim liburan, yang memaksanya memangkas harga. Bisnis Payless di Amerika Utara kehilangan US$ 63 juta (Rp 885 miliar) 2018.
Perusahaan mengatakan telah berutang US$ 1,3 juta (Rp 18 miliar) untuk bayar pesangon karyawan yang kena PHK. Tetapi, mereka tidak yakin apakah akan dapat melanjutkan pembayaran pesangon berikutnya saat gerai mulai ditutup.
Kendati demikian, Payless akan tetap membuka 420 toko di 20 negara lain, terutama di Amerika Latin, serta toko-tokonya di Kepulauan Virgin AS, Guam, dan Saipan. Tapi intinya bisnis Amerika Utara akan tutup.
Saksikan video tentang musim gugur ritel masih berlanjut di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus)
https://ift.tt/2tqqRdQ
February 20, 2019 at 06:48PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Payless Tutup, 16 Ribu Pegawai Terkena PHK"
Post a Comment