NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Berdasarkan data Refinitiv kurs NDF periode satu sampai enam bulan menguat dibandingkan Senin (23/12/2019) sore kemarin. Ini mengindikasikan pelaku pasar melihat rupiah masih melihat potensi penguatan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke depannya.
Periode | Kurs 23 Desember (15:55 WIB) | Kurs 24 Desember (7:25 WIB) |
1 Pekan | Rp 13.980,7 | Rp 13.953,3 |
1 Bulan | Rp 13.994,2 | Rp 13.984,5 |
2 Bulan | Rp 14.023,2 | Rp 14.017 |
3 Bulan | Rp 14.066,7 | Rp 14.058 |
6 Bulan | Rp 14.193,2 | Rp 14.182,1 |
9 Bulan | Rp 14.341,2 | Rp 14.350,95 |
1 Tahun | Rp 14.489,2 | Rp 14.495 |
2 Tahun | Rp 15.143,1 | Rp 15.173 |
Asa damai dagang AS-China masih menjadi pendorong utama kenaikan rupiah sejak awal pekan kemarin.
Pada Jumat (20/12/2019) pekan lalu, Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitternya menyatakan melakukan "pembicaraan yang sangat baik" dengan Presiden China, Xi Jinping. Hal tersebut menambah optimisme pelaku pasar kesepakatan dagang fase I segera diteken.
Presiden Trump, juga menyatakan kesepakatan dagang akan ditandatangani dalam waktu dekat. "Kami sudah mencapai terobosan terkait kesepakatan dagang. Penandatanganan akan dilakukan dalam waktu yang sangat dekat," ungkap Trump di acara Turning Point USA di Florida, seperti dikutip dari Reuters.
Senin kemarin giliran China yang mengirim kabar bagus. CNBC International melaporkan Negeri Tiongkok akan menurunkan bea masuk terhadap 850 produk dari AS mulai 1 Januari.
Kesepakatan dagang fase I akhirnya menjadi terobosan besar bagi kedua negara setelah berperang dagang dalam 18 bulan terakhir. Perang dagang dua raksasa ekonomi dunia ini membuat perekonomian global melambat, bahkan muncul ancaman resesi.
Dengan ditandatanganinya kesepakatan dagang, dan berlanjut ke perundingan fase II ekonomi global diharapkan bisa bangkit, hal ini membuat sentimen pelaku pasar membaik. Di saat sentiment membaik, pelaku pasar akan masuk ke aset berisiko dan berimbal hasil tinggi. Rupiah pun mendapat rejeki.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
https://ift.tt/34SD9ff
December 24, 2019 at 03:16PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Seandainya Pasar RI Buka, Rupiah Masih akan Perkasa!"
Post a Comment