Search

Profit Taking Terus Membayangi, Harga SUN Masih Bisa Reli

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi diprediksi masih akan menguat pada perdagangan Jumat ini (27/12/2019) di tengah sentimen positif pemolesan portofolio (window dressing) di akhir tahun (Santa Claus Rally) dan kondusifnya hubungan dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Maximilianus Nico Demus, Associate Director Research & Investment PT Pilarmas Investindo Sekuritas, dalam risetnya pagi ini (27/12/19) memprediksi penguatan harga surat utang negara (SUN) tersebut masih akan terjadi meskipun dibayangi aksi ambil untung (profit taking).

Profit taking berpotensi terjadi dan membalik arah penguatan menjadi koreksi karena reli harga obligasi rupiah pemerintah sudah terjadi lebih dari sepekan, tepatnya sejak 18 Desember.


"Kami merekomendasikan beli hari ini dengan volume kecil. Hati hati kawan, mungkin aksi profit taking dapat saja terjadi," ujar Nico dan tim dalam risetnya.

Penguatan beruntun terjadi pada hampir seluruh seri SUN, yang tercermin dari seri 10 tahun yang mengalami penurunan yield tanpa putus dari 7,34% pada 18 Desember hingga kemarin 7,12%.

Kenaikan harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang juga mengalami window dressing.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.


SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Kemarin, seri acuan yang paling menguat adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan penurunan yield 3,3 basis poin (bps) menjadi 7,57%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Dec'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 23 Dec'19 (%)

Yield 26 Dec'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 26 Dec'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.449

6.425

-2.40

6.3881

FR0078

10 tahun

7.148

7.127

-2.10

7.0845

FR0068

15 tahun

7.609

7.576

-3.30

7.5471

FR0079

20 tahun

7.746

7.725

-2.10

7.6801

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.064,30 triliun SBN, atau 38,49% dari total beredar Rp 2.765 triliun berdasarkan data per 20 Desember.

Artinya, sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 2,4 triliun, dan sejak awal bulan masih defisit Rp 3,5 triliun.

Meskipun demikian, angka kepemilikannya masih positif Rp 171,05 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

 

(irv/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2ZrgbuB

December 27, 2019 at 04:31PM

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Profit Taking Terus Membayangi, Harga SUN Masih Bisa Reli"

Post a Comment

Powered by Blogger.