Search

Airlangga Sebut PER Saham RI di Bawah China dan India

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan rasio harga saham per laba (price earnings/PE ratio/PER) pasar modal Indonesia di antara negara-negara anggota G-20 masih positif di bawah China dan India.

Hal itu ditegaskan Airlangga saat menghadiri HUT Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) ke-31 di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI). Airlangga sebelumnya juga pernah menjabat Ketua AEI periode 2011-2014.

"Kalau kita lihat indikator yang ada PE Indonesia dibanding negara G-20, Indonesia masih di nomor tiga, di bawah China dan India," kata Airlangga, Selasa (17/12/2019).


Mantan Menteri Perindustrian ini menegaskan pasar modal ASEAN masih dilirik investor mengingat secara rata-rata pertumbuhannya positif dan di atas pertumbuhan rata-rata pasar modal global. "
Di ASEAN, rata-rata pertumbuhan [pasar modal] masih atas rata-rata global, maka pasar yang dilihat adalah ASEAN.

Beberapa negara anggota G-20 di antaranya Uni Eropa, AS, India, Jepang, Jerman, Korsel, Prancis, Rusia, Indonesia, Turki, Arab Saudi, Australia, dan Afrika Selatan.

Adapun PE ratio (PER) adalah cerminan valuasi perusahaan yang dilihat dari pengali harga pasarnya terhadap kinerja fundamental keuangannya, dalam hal ini laba per saham (EPS). Semakin tinggi pengali PE ratio, maka harga sahamnya di pasar lebih mahal dibandingkan dengan pengali yang lebih kecil.

Valuasi tersebut sebaiknya diperbandingkan terhadap pesaing seindustri dan sebidang dan memiliki lini bisnis dan ukuran perusahaan yang terdekat. 


Berdasarkan data Tim Riset CNBC Indonesia, pada perhitungan 28 Oktober 2019, rasio harga saham per laba (PE ratio) historis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal RI yakni sebesar 19,93 kali dan masuk deretan valuasi tertinggi di dunia, yang artinya terlalu mahal (overvalued).


JCI (Jakarta Composite Index) alias IHSG hanya kalah mahal dari indeks Nifty di bursa India 24,89 kali, DAX di Jerman 22,53 kali, dan S&P 500 di AS 20,03 kali yang baru meroket dan mencetak rekor tertinggi sepanjang masanya pada 28 Oktober.

Airlangga mengatakan pasar modal global juga mendapatkan sentimen positif dari negosiasi perang dagang fase satu yang sudah disepakati AS dan China.

Selain itu, keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit juga akan mendapatkan kepastian dengan terpilihnya kembali PM Inggris Boris Johnson.

"Tensi di Hong Kong juga akan menjadi pemicu ketidakpastian. ASEAN menjadi sangat menarik, karena di antara ketidakpastian, ASEAN adalah yang stabil," katanya.

"Kalau kita lihat, faktor utama kita adalah neraca perdagangan. Pemeirntah mencoba menurunkan defisit migas melaui B30, yang akan menghemat mendekati 10 juta kilo liter atau 6,5 juta dolar," kata Airlangga.

Adapun kontribusi bursa saham Indonesia masih 47% dari total PDB Indonesia. "Kita masih di bawah Thailand, Vietnam, Singapura jauh di atas kita bagaimana meningkatkan jumlah pemain di pasar modal."

Menakar pengaruh deal AS-China fase satu

[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2tiyF4m

December 17, 2019 at 06:31PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Airlangga Sebut PER Saham RI di Bawah China dan India"

Post a Comment

Powered by Blogger.