Search

The Fed Kian Dovish, Penguatan Rupiah Tak Terbendung

Jakarta, CNBC Indonesia- Rupiah di pekan ini berhasil membukukan penguatan terhadap dolar AS, sikap dovish Federal Reserve (The Fed) AS menjadi pemicu utama penguatan mata uang garuda. Tercatat rupiah pada Jumat (22/3/19) menutup pasar spot di level 14.160 atau melemah 0,18%, namun sepanjang pekan ini berhasil mencatat kenaikan mingguan sebesar 0,67%.

Sebelum melemah di hari Jumat, rupiah berhasil menguat lima hari perdagangan beruntun.  Pelemahan kemungkinan terjadi akibat aksi ambil untuk atau profit taking, mengingat di hari Jumat minim sentimen.


Sentimen utama terfokus pada The Fed yang mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (21/3/19) dini hari. Pengumuman kali ini menjadi twist di pasar finansial, melihat pernyataan The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga acuan atau Federal Funds Rate (FFR) di tahun ini. Sementara di akhir 2018 lalu, Bank Sentral paling powerful di dunia ini masih optimis untuk menaikkan FFR sebanyak dua kali di 2019.

Stance tersebut mengkonfirmasi isu yang berhembus di pasar jika The Fed akan bersikap dovish. Pelaku pasar bahkan berspekulasi lebih liar, The Fed diperkirakan akan memangkas FFR di akhir tahun ini.Saat ini suku bunga accuan The Fed berada di kisaran 2,25% - 2,50%, dan di akhir tahun diperkirakan akan dipangkas sebesar 25 basis poin menjadi 2,00% - 2,25%.

Hal itu tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group. Perangkat tersebut digunakan untuk melihat probabilitas tingkat suku bunga The Fed dalam setiap rapat kebijakan moneter. 

Dovish Fed Bawa Rupiah Cetak Penguatan Dua Pekan Beruntun Foto: Grafis/Probabilitas Suku Bunga The Fed                                      Sumber: CME Group

Bagan di atas menunjukkan probabilitas suku bunga bulan Desember 2019 yang dilihat oleh pelaku pasar. Per Jumat kemarin, pelaku pasar melihat ada peluang sebesar 36,5% suku bunga acuan The Fed akan dipangkas menjadi 2,00% - 2,25% saat The Fed mengumumkan suku bunga 11 Desember waktu setempat atau tanggal 12 waktu Indonesia. Peluang tersebut tercatat mengalami peningkatan dibandingkan tanggal 15 Maret yakni sebesar 26,1%, atau sepekan sebelum The Fed mengumumkan suku bunga. 

Melambatnya perekonomian AS menjadi faktor dibalik spekulasi pasar tersebut. Pimpinan The Fed, Jerome Powell, mengkonfirmasi pelambatan tersebut dengan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 2,1%, dibandingkan dibandingkan proyeksi yang diberikan tiga bulan lalu sebesar 2,3%. Proyeksi inflasi dipangkas 0,1% menjadi 1,8%, sementara tingkat pengangguran direvisi naik 0,2% menjadi 3,7%.

Dari dalam negeri, beberapa jam setelah pengumuman The Fed, Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di angka 6,0% sesuai prediksi pasar. Dalam kesempatan itu, BI juga memprediksi neraca pembayaran Indonesia akan mengalami surplus di kuartal-I tahun ini. Hal tersebut tidak lepas dari pandangan Gubernur BI Perry Warjiyo yang melihat kemungkinan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang menurun, dan dibarengi dengan peningkatan surplus neraca modal akibat derasnya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia.

Pengumuman dari kedua Bank Sentral tersebut membuat rupiah membukukan penguatan dua pekan beruntun mengulangi prestasi di akhir Januari lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/roy)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2HOgl8u

March 23, 2019 at 06:09PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "The Fed Kian Dovish, Penguatan Rupiah Tak Terbendung"

Post a Comment

Powered by Blogger.