"Anda tahu, ini adalah masalah teknis karena perjanjian telah ditandatangani. Pembicaraannya adalah tentang penerapannya secara teknis karena skema itu sendiri cukup baru bagi kami," kata Supriyadi.
Seperti diketahui, pembelian Sukhoi yang dikabarkan bernilai hingga US$ 1,14 miliar atau Rp 16,75 triliun (kurs Rp 14.700/US$) ini dilakukan dengan cara pertukaran beberapa produk.
Pada November tahun lalu, Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih mengatakan proses imbal dagang pembelian 11 jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia belum menemukan titik terang.
![]() |
Bahkan, molornya proses imbal dagang ini diduga disebabkan adanya tekanan diplomatik dari pemerintah AS kepada pemerintah RI. Namun, Karyanto segera membantah hal itu.
Saat menjawab pertanyaan tentang posisi Amerika Serikat (AS) dalam masalah ini, Supriyadi mengakui RI merasakan tekanan tertentu dari Washington.
"Tetapi pemerintah telah membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan ini adalah masalah internal, masalah kepentingan nasional dan keputusan secara alami akan dibuat oleh kami," kata Supriyadi, mengutip laporan TASS.
Ia juga mengatakan bahwa Rusia dan Indonesia sedang mengerjakan proyek-proyek baru di bidang kerja sama militer dan teknis. Akan tetapi, Supriyadi menolak untuk memberikan perinciannya.
Karyanto pada November lalu mengatakan alasan molornya transaksi itu adalah pihak Indonesia dan Rusia belum mencapai kesepakatan terkait jenis barang yang akan ditransaksikan dalam proses imbal dagang tersebut. (prm)
https://ift.tt/2TXsHmf
March 27, 2019 at 03:42PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "RI Borong Sukhoi dari Rusia, Apa Benar Ada Tekanan Dari AS?"
Post a Comment