
Harga jual live birds akhir bulan ini menyentuh Rp 10.800-11.000/kilogram (kg), posisi terendah dalam beberapa tahun terakhir. Harga tersebut sangat jauh dari rata-rata harga pokok produksi (HPP) yang sebesar Rp 19.500/kg.
Pada Rabu pekan lalu para peternak ayam yang tergabung dalam asosiasi Peternak Rakyat dan Peternak Mandiri (PRPM) dan Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) turun tangan memperbaiki harga jual.
Para peternak menuntut harga live birds tersebut dikembalikan ke harga batas bawah pembelian sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, yakni direntang Rp 18.000-Rp 20.000/kg.
Mereka juga meminta harga ayam usia satu hari (day old chicks/DOC) sebesar Rp 5.500/ekor dengan kualitas 1 serta harga pakan dengan grade premium juga turun setidaknya Rp 500/kg.
"Kita sudah sepakat, Arphuin [Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas] akan menyerap dan membeli live birds dari para peternak dengan harga Rp 18.000/kg dan kemudian akan dijual oleh anggota Aprindo [Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia," kata Tjahya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/3/2019).
Tjahya menambahkan, pembelian live birds dari peternak rakyat sesuai dengan harga acuan akan mulai dilakukan per tanggal 1 hingga 21 April 2019.
Sampai sejauh mana pergerakan harga saham emiten industri tersebut akan terpengaruh sentimen penurunan harga jual tersebut? Berikut analisis Tim Riset CNBC Indonesia atas tiga saham poultry secara teknikal, yakni PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), dan PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN). (yam/hps)
https://ift.tt/2FINfpK
March 29, 2019 at 09:50PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Ayam Turun, Bagaimana Nasib Saham JPFA, CPIN dan MAIN?"
Post a Comment