Search

Prajogo Pangestu, Dari Sopir Angkot Jadi Pengusaha Tajir

Jakarta, CNBC Indonesia - Prajogo Pangestu seorang taipan yang lahir 74 tahun silam di Sambas, Kalimantan Barat dengan nama Phang Djoem Phen. Ayahnya bernama Phang Siu On yang bekerja sebagai penyadap getah karet.

Penghasilan ayahnya yang pas-pasan membuat Prajogo kecil, hidup dengan kondisi yang serba kekurangan. Hal itu pun mengharuskan Prajogo hanya menamatkan sekolahnya sampai tingkat menengah pertama.

Untuk mengubah nasib, Parajogo merantau ke Jakarta. Namun, kala itu Dewi Fortuna belum memihak padanya, ia tidak terlalu beruntung tinggal di ibu kota Indonesia karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, ia memutuskan kembali ke Kalimantan dan bekerja menjadi sopir angkutan umum.


Ketika sedang menjalani hari-harinya sebagai sopir, di 1960-an, Prajogo bertemu dan berkenalan dengan pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Bong Sun On, atau Burhan Uray. Di sinilah nasibnya mulai berubah.

Ia memutuskan untuk bergabung dengan Burhan di PT Djajanti Group pada 1969. Terkesan dengan kerja keras yang dilakukannya, tujuh tahun kemudian, Burhan pun mengangkat Prajogo menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.

Karirnya sebagai GM Plywood Nusantara bisa dibilang singkat. Hanya bertahan selama setahun, kemudian Prajogo memutuskan mundur sebagai GM dan keluar dari perusahaan untuk mencoba memulai bisnis sendiri.

Dengan bermodal pinjaman dari BRI, yang kemudian berhasil dilunasi dalam setahun, ia pun membeli CV Pacific Lumber Coy yang kala itu sedang mengalami kesulitan keuangan.

Prajogo kemudian mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific Lumber. Pada 1993, perusahaannya menjadi perusahaan publik, dan dalam perjalanannya, Prajogo mengganti nama Pacific Lumber menjadi PT Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayu pada 2007.

Prajogo Pangestu, Dari Sopir Angkot Jadi Pengusaha TajirFoto: Infografis/Daftar Orang Terkaya di Dunia 2019/Arie Pratama

Kemudian bisnisnya terus meningkat hingga bekerja sama juga dengan anak-anak Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya demi memperlebar bisnisnya. Bisnisnya dengan bendera Barito Group berkembang luas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, properti, hingga perkayuan.

Di 2007, Barito Pacific mengakuisisi 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, yang juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada 2008, perusahaan mengakuisisi PT Tri Polyta Indonesia Tbk.

Pada 2011, Chandra Asri pun merger dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Chandra Asri Petrochemical bekerja sama dengan pabrikan ban Prancis Michelin pada 2015 untuk mengembangkan pabrik karet sintetis di Indonesia.

Berkat usahanya membangun bisnis, Prajogo masuk dalam jajaran 10 orang terkaya di Indonesia versi Forbes, dengan nilai kekayaan sebesar US$ 3,5 miliar. Kini, Barito Group dipegang oleh sang anak, yaitu Agus Salim Pangestu.

Simak video terkait perempuan terkaya di dunia di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC] (miq/miq)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2EIZpNv

March 08, 2019 at 10:01PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Prajogo Pangestu, Dari Sopir Angkot Jadi Pengusaha Tajir"

Post a Comment

Powered by Blogger.