Search

Ekonomi UE Berpotensi Melambat, Euro Takluk di Hadapan Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro bernasib nahas di pekan ini, sempat melambung ke level tertinggi enam pekan terhadap dolar namun harus mengakhiri perdagangan di zona merah. Ungkapan from hero to zero sepertinya cocok disematkan untuk mata uang 19 negara di Eropa ini.

Sikap dovish Federal Reserve (The Fed) AS saat mengumumkan kebijakan moneter menjadi faktor utama penguatan euro hingga mencapai level US$1,1447 pada perdagangan Rabu (20/2/19), mengutip kuotasi MetaTrader 5. Level yang dicapai tersebut merupakan yang tertinggi sejak 4 Februari lalu.

The Fed AS merubah sikap (stance) secara drastis di pekan ini. Jika pada akhir tahun lalu Bank Sentral AS tersebut masih optimistis suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) akan naik dua kali di tahun ini, maka di pekan ini justru mengungkapkan FFR tidak akan naik atau tetap di kisaran 2,25% - 2,50% hingga akhir tahun ini.

Tidak hanya itu, Sang Pimpinan, Jerome Powell, juga menurunkan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 menjadi 2,1%, dibandingkan proyeksi yang diberikan tiga bulan lalu sebesar 2,3%. Proyeksi inflasi dipangkas 0,1% menjadi 1,8%, sementara tingkat pengangguran direvisi naik 0,2% menjadi 3,7%.

Melihat kondisi tersebut, kurs euro terlihat akan mudah untuk mengatasi dolar dan terus melaju naik. Namun yang terjadi malah sebaliknya, sejak hari Kamis (21/3/19) euro justru berbalik melemah. Pelemahan terjadi semakin drastis pada hari Jumat (22/3/19) kemarin pasca rilis data aktivitas bisnis di Zona Euro yang memberikan gambaran terjadinya pelambatan ekonomi.

Aktivitas bisnis ini terdiri dari sektor manufaktur dan jasa. ISH Markit, institusi yang mempublikasikan data tersebut, mengukur data itu dengan melakukan survei aktivitas purchasing manager yang disebut purchasing managers index (PMI).

Indeks PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Jika angka dirilis di bawah 50 menunjukkan kontraksi atau memburuknya aktivitas bisnis. Sementara di atas 50 menunjukkan peningkatan aktivitas atau ekspansi.


Sektor manufaktur PMI Prancis bulan Maret ini dilaporkan sebesar 49,8, turun dibandingkan bulan lalu sebesar 51,5. Sementara untuk aktivitas sektor jasa PMI dirilis sebesar 48,7 turun, dibandingkan bulan Februari sebesar 51,5.

Untuk Jerman, Markit melaporkan di bulan ini, indeks aktivitas manufaktur sebesar 44,7 turun jauh dari bulan Februari sebesar 47,6. Di sisi lain, sektor jasa Jerman menunjukkan penurunan meski masih berekspansi. Di Maret ini, Markit melaporkan angka indeks untuk sektor ini sebesar 54,9 turun, dari bulan sebelumnya 55,3.

Jerman dan Prancis merupakan dua raksasa ekonomi di Eropa. Melambatnya aktivitas bisnis di kedua negara tersebut akan memberikan dampak yang luas. Terbukti dari survei Markit di 19 negara Zona Euro, secara keseluruhan terjadi kontraksi aktivitas manufaktur yang semakin dalam yakni di angka 47,6 dari sebelumnya 49,3.

Alhasil, rilis data tersebut membuat euro anjlok 0,63% menjadi US$1,1300, yang membatalkan penguatan dipekan ini. Jika dibandingkan dengan penutupan pekan sebelumnya, euro mencatat penurunan 0,20%.

TIM RISET CNBC Indonesia

(pap/roy)

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2OpT3qY

March 24, 2019 at 03:21AM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Ekonomi UE Berpotensi Melambat, Euro Takluk di Hadapan Dolar"

Post a Comment

Powered by Blogger.