Analisis tersebut didasarkan pada sentimen pasar dan hasil analisis secara teknikal. Tiga indeks utama bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) anjlok akhir pekan lalu. Dow Jones koreksi 1,77%, S&P 500 ambrol 1,89%, dan Nasdaq Composite amblas 2,5%.
Pelaku pasar di AS cemas melihat tanda-tanda awal resesi pasar obligasi pemerintah AS. Akhir pekan lalu, yield obligasi pemerintah AS tenor 3 bulan berada di 2,4527%, lebih tinggi dari tenor 10 tahun sebesar 2,4373%. Hal ini disebut Inversi (yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang).
Inversi tersebut menjadi yang pertama sejak Januari 2017. Tenor 3 bulan dan 10 tahun sering kali dijadikan indikator resesi setidaknya dalam 18 bulan ke depan.
Dari dalam negeri, kebijakan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuannya di angka 6% pada Kamis minggu lalu masih dimaknai positif para pelaku pasar. sektor keuangan mampu menjadi pendorong utama dengan penguatan 0,99%.
Investor asing pun kembali mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 421 miliar di pasar reguler, lebih besar dari net buy kemarin yang mencapai Rp 72 miliar di pasar yang sama.
Secara teknikal, IHSG berpotensi terkoreksi karena sudah memasuki level jenuh belinya (overbought). Hal ini terlihat dari indikator teknikal Relative Strength Index (RSI) yang mengukur tingkat kejenuhan suatu pasar pada grafik.
Sumber: Refinitiv
|
IHSG berpotensi kembali bergerak di bawah rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (moving average five/MA5). Rentang pergerakannya antara 6.450-6.530.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm)
https://ift.tt/2usrTXf
March 25, 2019 at 03:36PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bursa Wall Street Kembali Anjlok, IHSG Berpotensi Terkoreksi"
Post a Comment