Memasuki sesi 2, IHSG sempat tertekan hingga jatuh ke zona merah sebelum akhirnya ditutup menguat 0,38% ke level 6.537,77.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (+3,17%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+6,02%), PT Adaro Energy Tbk/ADRO (+5,2%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+1,92%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+1,13%).
IHSG menguat kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan melemah: indeks Shanghai turun 0,34%, indeks Straits Times turun 0,04%, dan indeks Kospi turun 0,05%.
Ada 2 sentimen negatif utama yang menghantui jalannya perdagangan bursa saham regional. Pertama, rilis risalah dari pertemuan The Federal Reserve edisi Januari 2019 yang membingungkan. Di satu sisi, terungkap bahwa bank sentral AS tersebut akan bersabar dalam melanjutkan normalisasi tingkat suku bunga acuan.
"Para peserta rapat berpandangan bahwa laju inflasi umum dan inflasi inti yang lambat menjadi alasan untuk lebih bersabar. Komite Pengambil Kebijakan condong untuk memilih bersabar sambil melakukan observasi terhadap dampak kenaikan suku bunga yang ditempuh tahun lalu," sebut risalah rapat The Fed.
Namun di sisi lain, nada hawkish juga kental terasa dalam risalah tersebut. Ternyata, The Fed masih menyimpan hasrat untuk menaikkan suku bunga acuan.
"Banyak peserta rapat berpandangan bahwa menahan suku bunga acuan di tingkat yang sekarang untuk beberapa waktu bisa menimbulkan risiko. Oleh karena itu, jika ketidakpastian berkurang maka The Fed perlu meninjau kembali stance sabarnya,"
Dengan perlambatan ekonomi global yang kian terasa, tentu bukan menjadi kabar yang baik bagi bursa saham global jika The Fed kembali injak gas dan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. Sebagai informasi, The Fed sudah mengerek naik suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun lalu (100 bps).
Berbicara mengenai perlambatan ekonomi global, bukti nyata kembali datang dari Jepang. Pada hari ini, pembacaan awal untuk data Nikkei Manufacturing PMI periode Februari diumumkan di level 48,5, lebih rendah dibandingkan konsensus yang sebesar 50,4, seperti dilansir dari Trading Economics.
Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Jepang mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Rilis data ini sekaligus menjadi sentimen negatif kedua yang menghantui jalannya perdagangan bursa saham regional. (ank/hps)
https://ift.tt/2TYOjuk
February 21, 2019 at 11:45PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Seharian 'Digoyang', IHSG Akhirnya Finis di Zona Hijau"
Post a Comment