Defisit neraca minyak dan gas bumi (migas) lagi-lagi menjadi sorotan. berdasar rilis Indonesia Mining and Energy Forum, produksi minyak Indonesia saat ini belum cukup mampu
Ketua Umum Indonesia Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo menuturkan, impor minyak mentah dan BBM terus mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya permintaan BBM dalam negeri dan semakin turunnya produksi minyak mentah. Pihaknya mencatat, nilai impor minyak Indonesia meningkat dari US$ 24,3 miliar pada 2017 menjadi US$ 29,8 miliar pada 2018.
"Meningkatnya impor minyak mentah dan BBM menjadi penyebab utama defisit neraca perdagangan terburuk sepanjang berdirinya republik. Upaya-upaya substitusi BBM dengan BBG dan BBN belum berjalan maksimal," tulis Singgih dalam siaran tertulisnya.
Ditambah lagi, kegiatan eksplorasi migas sejak 2014 terus turun. IMEF menilai, pengeboran sumur eksplorasi migas pada 2018 berada pada level terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni 21 sumur, dari target 105 sumur. Adapun, pemboran eksplorasi sejak 2014-2017 juga masing-masing adalah 64, 33, 34, dan 54 sumur.
Memang, untuk Desember 2018 defisit migas cukup turun signifikan dibanding November, hingga 85%. Berdasar data BPS, dari sebelumnya defisit US$ 1,46 miliar jadi hanya defisit US$ 218 juta atau setara Rp 3 triliun (dengan kurs saat ini, Rp 14.100).
"Defisit Desember migas US$ 218 juta dan non migas US$ 883,2 juta," ujar Kepala BPS Suhariyanto, saat paparan di kantornya, Selasa (15/1/2018).
![]() |
Dengan demikian, sepanjang 2018 defisit migas RI mencapai US$ 12,4 miliar naik 44% dibanding defisit 2017 yang sebesar US$ 8,57 miliar.
Dengan rata-rata kurs 2018 senilai Rp 14.229 per US$, maka defisit migas RI sepanjang 2018 mencapai Rp 176,4 triliun
Defisit migas masih disumbang sebagian besar oleh impor BBM atau hasil minyak yang sepanjang 2018 mencapai US$ 17,58 miliar dan disusul impor minyak mentah sebesar US$ 9,1 miliar.
Juru selamat di sektor ini datang dari gas alam, yang tercatat sepanjang 2018 berhasil mengekspor hingga US$ 10,6 miliar. Naik dibanding 2017 yang ekspornya hanya di US$ 8,7 miliar.
"Beberapa bulan terakhirkan harga minyak dunia turun cukup drastis, itu menjadi faktornya," ujar Djoko kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Selasa (15/1/2019).
Selain itu, menurutnya, kebijakan B20 pun sudah mulai memberikan dampak. Sebagai informasi, sudah empat bulan sejak kebijakan B20 diberlakukan mulai 1 September 2018 lalu, Kementerian ESDM merilis pemberlakuan B20 ini mampu membuat negara menghemat hingga belasan triliun rupiah, karena impor solar berkurang.
"Dalam empat bulan, kebijakan massif untuk berbagai sektor tersebut mampu menghemat sebesar US$ 937,84 juta (setara Rp 13 triliun)," ujar Djoko.
http://bit.ly/2WEnYDG
February 04, 2019 at 07:36PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Migas RI Zaman Jokowi: Eksplorasi Anjlok, Impor BBM Bengkak"
Post a Comment