Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi BTIM Budi Hikmat mengatakan berinvstasi di surat utang memberikan potensi imbal hasil yang lebih tinggi dan risiko rendah ketimbang deposito. Selain itu, hasil investasi di surat utang negara masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata inflasi Indonesia.
"Surat utang negara justru semestinya menjadi sarana investasi bagi investor lokal, bukan untuk ditakuti. Hal ini keliru jika memposisikan kondisi kesehatan utang individu dengan utang negara," kata Budi.
Menurut Budi, kondisi utang Indonesia masih dalam taraf wajar dan sehat dibandingkan dengan sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Brasil.
Budi mengutip data Bloomberg, dimana Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai US$ 1,01 triliun. Sementara, PDB Brazil dua kali lipat dari Indonesia atau US$ 2.06 triliun.
Namun jumlah utang Indonesia berkisar US$ 293,08 miliar, dimana level utang terjaga stabil pada level 28,9% dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Sementara, posisi utang Brazil telah mencapai US$ 1,08 triliun atau 84% dari total PDB.
Artinya, kata Budi, tingkat utang Indonesia terhadap total PDB masih jauh lebih rendah dibandingkan Brazil maupun negara berkembang lainnya. "Semakin besar rasio utang terhadap PDB, maka semakin berat negara harus menanggung utang tersebut. Di samping itu, Indonesia telah memperoleh rating investasi yang baik dari lembaga-lembaga rating dunia," kata Budi.
Lalu Budi menambahkan, investasi di surat utang pemerintah risiko gagal bayar negara itu nol. "Sejak penerbitan surat utang, belum pernah ada kejadian pembayaran kupon atau bagi hasil terlambat atau gagal. Begitu pun pokok utang negara langsung dibayar ketika jatuh tempo, tambah dia.
Berdasarkan data Abtrindo Bond index, indeks surat utang negara telah meningkat 170,25% selama 10 tahun atau return rata-rata sebesar 10,44% per tahun. Jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun, dimana rata-rata tingkat inflasi naik sekitar 4,69% per tahun.
Hal ini menunjukkan hasil investasi di surat utang negara masih jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat rata-rata inflasi Indonesia. Sehingga memberikan potensi imbal hasil yang lebih tinggi dan risiko rendah ketimbang deposito.
Sayangnya, kepemilikan surat utang Indonesia ini masih lebih besar didominasi investor asing dibandingkan investor domestik. Total kepemilikan asing di SUN mencapai posisi tertinggi, yakni Rp 923 Triliun dalam sejarah (historic high).
Budi berharap semakin banyak investor domestik, terutama generasi milenial akan memanfaatkan surat utang negara sebagai sarana investasi. Sehingga, pasar obligasi Indonesia tak selalu bergantung pada arus modal asing. Apalagi, golongan masyarakat usia produktif di Indonesia sangat besar sehingga menjanjikan penguatan ekonomi negara ke depan.
(hps/hps)
http://bit.ly/2GylT7a
February 18, 2019 at 07:28PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Investasi Surat Utang Bisa Cuan 170%, Kok Jadi Polemik?"
Post a Comment