Bursa saham Jepang pagi ini bergerak di zona hijau dengan menguat 0,33%, demikian pula indeks Kospi di Korea naik 0,32% dan STI di Singapur naik 0,15%. Namun bursa saham China, seperti bursa Shenzen tercatat terkoreksi 0,4% dan Hang Seng di Hong Kong turun 0,1%.
Dini hari tadi indeks Wall Street kembali ditutup menyentuh rekor penutupan tertinggi baru pada hari Selasa dan memicu kepercayaan pada perdagangan Asia.
Pernyataan Presiden A.S. Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa AS dan China hampir mencapai kesepakatan pada fase pertama dari perjanjian perdagangan. Kesepakatan antara dua kekuatan utama ekonomi dunia tersebut disampaikan melalui telepon dan setuju untuk terus bekerja pada masalah yang tersisa.
Namun Trump mengatakan Washington sedang "bergejolak" dalam menyelasaikan kesepakatan perdagangan dengan Beijing. Pasalnya dukungan AS untuk pengunjuk rasa di Hong Kong, dipandang sebagai titik sakit bagi Beijing.
Namun demikian, komentar itu cukup untuk mengimbangi data ekonomi AS, yang menunjukkan kontraksi bulanan keempat berturut-turut dalam kepercayaan konsumen dan penurunan tak terduga dalam penjualan rumah baru.
Beberapa analis mengatakan bahwa penurunan imbal hasil obligasi A.S. pada hari Selasa juga menunjukkan lebih banyak penjelasan mekanis di luar perdagangan untuk kenaikan harga ekuitas.
"Ini memperkuat gagasan bahwa itu adalah the Fed pump-priming untuk meminyaki roda likuiditas pasar yang mendorong kedua gerakan ini," Greg McKenna, Strategist di McKenna Macro, seperti dikutip dari Reuters.
Pada hari Selasa, Dow Jones Industrial Average naik 0,2% menjadi 28.121,68, S&P 500 naik 0,22% menjadi 3.140,52 dan Nasdaq Composite menguat 0,18% menjadi 8.647,93. Ketiga indeks ini mencatat rekor penutupan tertinggi. (hps/hps)
https://ift.tt/2OrCVa5
November 27, 2019 at 03:55PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Meski Wall Street Cetak Rekor, Bursa Asia Masih Campur Aduk"
Post a Comment